SOLOPOS.COM - Petani bunga krisan membungkusi satu per satu kuntum krisan yang siap dipetik, Selasa (24/11/2015). (JIBI/Harian Jogja/Bernadheta Dian Saraswati)

Budiadaya bunga krisan di Sleman terkendala bibit

Harianjogja.com, SLEMAN-Pertanian bunga krisan daerah Pakem menjadi pemasok utama untuk kebutuhan bunga krisan di wilayah DIY. Sayangnya di kalangan petani sendiri masih mengalami kendala pertanian terutama di bidang pembibitan.

Promosi Yos Sudarso Gugur di Laut Aru, Misi Gagal yang Memicu Ketegangan AU dan AL

Hingga saat ini, petani krisan belum mampu melakukan pembibitan mandiri. Petani harus mendatangkan bibit dari luar yakni dari Bandungan, Ambarawa. “Satu bibitnya Rp160,” kata anggota Kelompok Tani Bunga Krisan Ngudi Makmur Dusun Sidorejo, Desa Hargobinangun, Pakem, Sukardi, 63, Selasa (24/11/2015).

Sukardi bersama petani lainnya belum bisa melakukan pembibitan mandiri. Bukan karena keterbatasan sumber daya manusia (SDM) untuk mengolahnya tetapi karena besarnya dana operasional.

Sukardi mengatakan, bibit krisan untuk indukan harganya Rp2.000 per batang. Selain itu untuk pembibitan, dibutuhkan rumah lindung khusus yang dilengkapi jaring-jaring yang lebih rapat dan tambahan paranet di bagian atap.

Rumah produksi yang menggunakan jaring-jaring memiliki kualitas menengah dan harganya lebih murah karena rongga jaringan tidak terlalu rapat. Sebenarnya jika pembibitan dapat dilakukan mandiri, hasil keuntungan yang diperoleh bisa lebih besar.

Sukardi membutuhkan 12.500 bibit untuk ditanam di lahan seluas 200 meter persegi miliknya atau dibutuhkan biaya pembelian bibit senilai Rp1,8 juta. Setelah ditanam, bibit perlu diberi pupuk kandang dan juga kimia. Air irigasi juga perlu terjaga.

Selain itu, petani harus memberikan tambahan penerangan dengan lampu sampai krisan tumbuh dengan ketinggian 50 cm. “Dikondisikan seperti di daerah asalnya [Ambarawa] yang waktu siangnya lebih lama,” jelasnya.

Saat mulai tumbuh kuncup bunga, petani masih harus teliti memetik dedaunan agar nutrisi untuk bunga terserap maksimal.

Petani baru dapat memanen setelah tiga bulan masa tanam. Untuk satu ikat krisan isi 10 tangkai  jenis standar dihargai dengan Rp15.000. Sementara jenis spray yang kuntum bunganya lebih kecil, harganya Rp14.000 per ikat.

“Omzet Rp7,5 juta. Kalau keuntungannya ya sekitar Rp3 juta sampai Rp4 juta sekali panen. Itu kalau tidak diserang hama,” jelasnya.

Besaran keuntungan itu akan maksimal jika pembibitan dilakukan mandiri. Oleh karena itu ia mengusulkan bantuan sarana pembuatan benih kepada Dinas Pertanian Perikanan dan Kehutanan (DPPK) Sleman.

Kepala DPPK Sleman, Widi Sutikno, menyampaikan saat ini dinas masih memberikan bantuan untuk sarana dan prasara pembesaran saja, seperti pupuk. Saat ini fokus DPPK lebih pada pengembangan produksi pasca erupsi Merapi.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya