SOLOPOS.COM - Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta, Sri Sultan Hamengku Buwono X didampingi Pelaksana tugas Bupati Gunungkidul, Budi Antono sedang memantau lokasi petani menjemur kakao di Dusun Gambiran, Desa Bunder, Kecamatan Patuk, Rabu (16/9/2015). (Harian Jogja/Uli Febriarni)

Budidaya kakao di Gunungkidul mendapatkan dukungan dengan program sekolah lapang

Harianjogja.com, GUNUNGKIDUL –– Untuk meningkatkan kualitas petani kakao di Desa Putat, Kecamatan Patuk, Gunungkidul, Pemerintah Dinas Kehutanan dan Perkebunan Provinsi DIY memberikan pelatihan kepada sejumlah petani kakao melalui program Sekolah Lapang Pengendalian Hama Terpadu (SLPHT).

Promosi Alarm Bahaya Partai Hijau di Pemilu 2024

Pelatihan tersebut diikuti oleh 25 orang perwakilan dari dua kelompok tani kakao di Desa Putat, yakni Kelompok tani di Dusun Plumbungan dan Dusun Gumawang.

Kepala Seksi Perlindungan dan Perbenihan Dinas Kehutanan dan Perkebunan Provinsi DIY, Kliwon mengungkapkan program tersebut diberikan untuk meningkatkan kualitas tanaman di perkebunan kakao. Pelatihan pun lebih banyak dilakukan di lapangan daripada di dalam ruangan, sehingga petani dapat praktek secara langsung.

“Disini tidak ada yang namanya murid, tidak ada yang namanya guru. Pemandu yang bertugas menjadi fasilitator saja untuk membantu para petani dalam belajar,” kata dia, Rabu (27/4/2016).

Dalam Pelatihan tersebut diharapkan petani dapat banyak berdiskusi dengan pemandu terkait dengan permasalahan yang ada di lapangan sehingga permasalan dapat terurai.

Pertemuan akan dilakukan selama 16 kali, yang disesuaikan dengan siklus hama penyakit yang dapat diperhatikan dalam jarak beberapa waktu tertentu.

“Pelatihan akan diberikan setiap satu minggu sekali, tidak secara berturut-turut setiap hari,” kata dia.

Sementara itu, salah seorang petani kakao yang mengikuti pelatihan SLPHT, Edi Suparjono mengungkapkan bahwa pelatihan tersebut sangat bermanfaat karena memberikan pengetahuan terkait dengan budidaya tanaman kakao.

“Pelatihan ini semua unsur dipelajari dan benar-benar dilakukan di lapangan, tidak hanya di dalam ruangan saja,” kata saja.

Ia menuturkan SLPHT cukup efektif untuk saling berbagi pengetahuan dan mncari solusi atas permasalahan yang belum dapat diatasi.  Seperti persolan hama dan penyakit yang masih terus menjadi kesulitan bagi petani kakao.

Selalui SLPHT, perlahan petani mulai memahami apa yang harus mereka lakukan untuk mengatasi setiap persoalan di perkebunan. Edi pun mengaku pengetahuannya menjadi meningkat semenjak mengikuti SLPHT.

“Sebelumnya saya tidak tahu tentang hama, sehingga perkebunan saat ini dapat dikawal betul-betul,” ungkapnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya