SOLOPOS.COM - Panduan Informasi dan Inspirasi

Budidaya kedelai semakin tidak diminati petani di DIY

Harianjogja.com, GUNUNGKIDUL– Hasil panen kedelai di Gunungkidul pada 2015 mencapai 13.551 ton. Jumlah ini mengalami peningkatan 95 ton dibandingkan dengan capaian panen di 2014 lalu.

Promosi Enjoy the Game, Garuda! Australia Bisa Dilewati

Namun demikian, hasil tersebut belum merepresentasikan adanya kenaikan produktivitas. Sebab sejak 2012, baik itu jumlah panen maupun luas tanaman kedelai terus mengalami penurunan.

Bahkan target luas tanam kedelai sekitar 14.000 hektare dari Pemerintah DIY tidak bisa dipenuhi karena Dinas Tanaman Pangan dan Hortikultura Gunungkidul hanya sanggup menjanjikan luasan sekitar 12.000 hektare. Banyak faktor yang membuat tanaman ini tidak dilirik petani.

Selain harga jual yang relative murah, tingkat produksinya juga rendah, karena per hektarnya hanya mampu menghasilkan 1,2 ton kedelai. Permasalahan lainnya, tanaman ini juga rentan terhadap serangan hama sehingga butuh pemeliharaan yang lebih ekstra ketimbang tanaman lainnya, semisal padi, jadung atau pun kacang tanah.

Kepala Bidang Bina Produksi DTPH Gunungkidul Raharjo Yuwono mengatakan, produksi kedelai menjadi komoditas yang sulit tercapai dalam program swasembada pangan yang digerakan pemerintah pusat. Dia mencatat dari, dari tiga komoditas yang ada (padi, jagung dan kedelai), kedelai memiliki produktivitas yang paling rendah.

“Saya bicara di Gunungkidul, dimana panen kedelai terus mengalami penurunan,” katanya saat ditemui di ruang kerjanya di akhir pekan lalu.

Dia menjelaskan, motivasi petani untuk menanam kedelai sangat kompleks dan saling keterkaitan. Di satu sisi, tanaman ini butuh pemeliharaan yang ekstra, namun dari sisi harga dinilai kurang berpihak karena kisaran hargnya hanya di angka Rp6.500-7.000 per kilogram.

“Itulah kenapa petani memilih tanaman lain, karena dirasa lebih menguntungkan. Misalnya kacang dari sisi nilai jual hampir sama dengan kedelai, tapi disisi pemeliharaan lebih mudah. Tinggal diberi pupuk kandang, kancang akan tumbuh dengan subur,” ungkapnya.

Yuwono pun mengaku memaklumi jika petani memilih tanaman lain ketimbang kedelai. Pasalnya kedelai dari sejak ditanam hingga proses berbuah banyak diserang hama. Misalnya saat masa tanam, bibitnya sudah mulai diincar lalat buah, kemudian saat berkembang ada potensi diserang ulat daun, polong pengerek hingga kepik polong.

Tak sampai di situ, saat memasuki masa panen juga berpotensi diserang hama bubuk. “Biasanya kedelai mulai ditanam saat memasuki tanam kedua, tapi saat itu banyak petani memilih tanaman lain seperti kacang tanah atau kacang hijau,” tuturnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya