SOLOPOS.COM - Pemilik kambing, Partini menyiapkan pakan kambing di kandang belakang rumahnya di Dusun Wareng I, Desa Wareng, Kecamatan Wonosari, Selasa (24/1/2017). (JIBI/Irwan A. Syambudi)

3 kambing di Gunungkidul mati mendadak

Harianjogja.com, GUNUNGKIDUL— Kepala Puskeswan Wonosari, Riana Wati menjelaskan tiga kambing yang mati di Dusun Wareng I Desa Wareng, Kecamatan Wonosari bukan karena virus antraks. Dia menyebut penyebab kematian hanya karena kelemahan umum.

Promosi Pemilu 1955 Dianggap Paling Demokratis, Tentara dan Polisi Punya Partai Politik

”Kami tadi wawancara dengan pemilik. Dari gejala yang diceritakan oleh pemilik itu kami menyimpulkan itu hanya gejala kelemahan umum karen perubahan cuaca,” ungkapnya, Selasa (24/1/2017).

Kelemahan itu terjadi lantaran dua kambing  yang masih kecil tersebut tidak mau menyusui. Akibatnya dua kambing tersebut mengalami kelemahan hingga menyebabkan kematian. Sedangkan satu kambing lainya yang sudah berumur enam bulan diduga mati karena mal nutrisi.

Selain itu, dia menilai kandang yang diisi 11 kambing tersebut sangat sempit dan tidak layak. Kadang tersebut juga difungsikan sebagai kandang ayam, sehingga kebersihanya tidak terjamain. “Kandang itu kecil dan terlalu gelap, sinar matahari tidak dapat langsung masuk ke kandang,” tambah Riana yang merupakan dokter hewan itu.

Dengan demikian pihaknya menyimpulkan kematian kambing tersebut memang bukan karena virus antraks. Sehingga enam orang tim dari Puskeswan yang telah diterjunkan ke lokasi tidak mengambil sampel untuk melakukan penelitian lebih lanjut, perihal kemungkinan adanya virus antraks yang menjangkit kambing tersebut.

“Prosedurnya sudah benar, kambing langsung dikuburkan. Dari gejala-gejalanya kami menyimpulkan bukan antraks. Kami tidak mengambil sampel karena kami lihat memang tidak menjurus ke sana [virus antraks],” jelasnya.

Kasi Kesehatan Hewan dan Kesehatan Masyarakat Veteriner (Keswan Kesmavet), Dinas Pertanian dan Pangan Kabupaten Gunungkidul, Retno Widiastuti menghimbau kepada masyarakat agar tidak panik dan takut terhadap adanya hewan ternak yang mati.

Dia berharap warga yang memiliki hewan ternak yang mati langsung melaporkan kepada kepala desa setempat agar diteruskan ke petugas Puskewan untuk dilakukan pemeriksaan.

Selain itu dia menghimbau jika masyarakat mendapati hewan ternaknya mati supaya tidak dikonsumsi. “Budaya memakan bangkai baik itu untuk diri sendiri atau dijual, harus dihilangkan, ” ujarnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya