Jogja
Minggu, 3 November 2013 - 17:30 WIB

BUKU CERITA ANAK : Cerita Barat Lebih Populer

Redaksi Solopos.com  /  Wisnu Wardhana  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Ilustrasi

Harianjogja.com, JOGJA-Alim Bakhtiar, pelukis yang pernah mengenyam pendidikan di Fakultas Seni Rupa Institut Seni Indonesia (ISI) prihatin dengan kian langkanya keberadaan buku cerita anak yang mengangkat kearifan lokal. Buku cerita anak yang beredar di pasaran justru didominasi cerita Hary Potter, Walt Disney, atau karangan dari HC Anderson.

Ia menyebut fenomena ini ironis. “Kenapa cerita barat justru lebih populer?,” kata pria lulusan Universitas Sarjana Wiyata Taman Siswa (UST) jurusan Pendidikan Bahasa Inggris angkatan 1998 itu kepada Harian Jogja, Kamis (31/10/2013).

Advertisement

Miris dengan kondisi itu, sejak 2011 lalu Alim menyusun buku cerita anak yang diberi judul Sritiwani: Kisah Anak-Anak Langit. Buku cerita yang hingga sekarang ini masih dalam proses pengerjaan itu mengangkat setting era sebelum kemunculan kerajaan yang berlatar cerita tanah Banyumasan. Selama ini banyak orang menganggap Banyumasan sebagai budaya rakyat rendahan atau kasar dengan ciri bahasa ngapaknya.

“Selain itu karena saya lahir di Banyumas. Pilihan saya mengangkat cerita dari tanah Banyumasan karena ingin beda dan lebih merdeka saja. Dongeng anak selama ini banyak berlatar kerajaan,” ucapnya.

Sritiwani mengisahkan gadis cilik bernama Sritiwani yang mengembara demi mendapatkan kupu-kupu aksara “pengetahuan”. Dalam petualangannya itu, ia mendapatkan segudang pengalaman. Dari yang baik seperti mendapatkan teman, atau tumbuhan yang mau membantu perjalanannya. Hingga pengalaman buruk seperti berjumpa dengan hantu.

Advertisement

Menariknya, dalam buku dongeng tersebut, Alim tidak hanya menceritakan  tokoh petulangan Sritiwani, namun juga menyisipkan beberapa pesan yang merepresentasikan keprihatinan anak-anak di zaman modern saat ini yang mengalami perubahan pola bermain. Anak-anak sekarang lebih berorientasi pada permainan video games ketimbang bermain di lapangan bersama anak-anak lain.

Bahkan tidak tanggung tanggung, Alim juga membuat beberapa lirik lagu Jawa ala Banyumasan yang ia sisipkan dalam adegan cerita Sritiwani. Ia sengaja menyisipkan lagu  tersebut karena saat ini ia melihat jika anak-anak justru gandrung dengan lirik lagu teruma lirik milik artis K-Pop yang notabene mengusung tema percintaan. Sementara, lirik lagu Jawa justru terlupakan.

Agar pendidikan moral itu dapat diterima dengan baik oleh pembaca, Alim mengemas  gambar dalam buku itu sebaik mungkin. Tokoh yang ia gambar dibuat sedetail mungkin dengan warna yang menarik minat anak anak.
Ia percaya jika gambar dalam buku cerita anak dibuat secara maksimal akan memancing pembaca untuk membeli dan membacanya.

Advertisement

“Saya melihat buku cerita yang mengangkat cerita nusantara kurang digemari karena pengemasannya kurang maksimal. Begitu juga dengan ceritanya yang mungkin tidak menarik. Nah, jika kedua-duanya bisa imbang saya percaya buku kita bisa bersaing dengangan buku cerita mancanegara,” ujarnya

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif