SOLOPOS.COM - Pemeriksaan kadar air beras di Gudang Bulog Gadang, Malang, Selasa (19/5/2015). (JIBI/Solopos/Antara/Ari Bowo Sucipto)

Bulog Jogja menunggu penerapan program anyar.

Harianjogja.com, JOGJA — Pemerintah akan mengganti program beras sejahtera (rastra) menjadi kupon pangan. Persediaan beras Perusahaan Umum (Perum) Badan Urusan Logistik (Bulog) Divisi Regional (Divre) DIY mengaku menunggu komando dari pusat.

Promosi Strategi Telkom Jaga Jaringan Demi Layanan Telekomunikasi Prima

(Baca Juga : Raskin Diganti Voucher Pangan, Peran Bulog Digeser)

Kepala Perum Bulog Divre DIY M Sugit Tedjo Mulyono mengatakan, Bulog merupakan operator di lapangan. Keputusan mengenai kebijakan merupakan ranah Pemerintah Pusat. Oleh karena itu, Bulog saat ini menunggu dari realisasi rencana itu dan petunjuk teknisnya.

“Bulog itu kan pelaksana di lapangan. Apapun kebijakan pemerintah akan kami laksanakan dengan baik. Kita masih tunggu keputusannya,” ujar dia, Kamis (19/5/2016).

Stok Beras Aman

Sementara itu, stok rastra di Perum bulog Divre DIY cukup hingga pertengahan 2017. Sugi mengatakan, masyarakat tidak perlu cemas dengan ketersediaan beras di lapangan. Saat ini, stok beras bulog untuk rastra sekitar 32.500 ton. Jumlah tersebut bisa memenuhi kebutuhan beras rastra sampai pertengahan 2017.

“Rata-rata kebutuhan beras di DIY untuk rastra kan sekitar 4.325,862 ton setiap bulannya. Jadi ya sangat cukup,” kata dia.

Ia menjelaskan, kebutuhan beras rastra di DIY rata-rata 51.910,38 ton per tahun. Jumlah itu didistribusikan ke seluruh wilayah DIY untuk memenuhi kebutuhan rastra bagi 288.391 rumah tangga sasaran (RTS). Rastra yang didistribusikan merupakan beras medium dengan kondisi broken 22% yang terdiri dari 20% patah dan 2% menir.

“Kalau untuk realisasi penyerapan pengadaan sampai saat ini sudah terkumpul 21.500 ton,” kata dia.

Ia mengatakan, Bulog menargetkan bisa menyerap sebesar 62.500 ton beras yang terdiri dari 55.000 ton rastra dan 7.500 ton beras komersial. Sesuai dengan Inpres Nomor 5 th 2015 Bulog harga gabah kering panen (GKP) di tingkat petani dibeli Rp3.700 per kg, sedangkan di ting penggilangan Rp3.750. Sementara gabah kering giling (GKG) di tingkat petani dibeli seharga Rp4.600 dan di tingkat penggilingan Rp4.650. Kemudian, untuk beras medium (rastra) dibeli dengan harga Rp7.300.

Angka itu menunjukkan serapan pengadaan mencapai 34,52% dari target serapan tahun ini sebanyak 62.000 ton. Ia mengaku optimistis target itu akan tercapai karena saat ini sudah mulai panen. Sugit sempat mengungkapkan, target serapan per bulan minimal harus tercapai sebanyak 90% di awal bulan. Sementara, untuk target selama satu tahun, harus bisa tercapai 70% pada Januari hingga April 2016.

Namun, sampai April 2016, serapan saat itu masih di kisaran 30%. Idealnya, hingga April 2016, serapan sudah mencapai 40%. Hal itu disebabkan banyak gabah yang roboh sehingga kualitas gabah turun. Saat itu pihaknya cukup sering menemukan gabah yang kadar broken atau patah yang tinggi hingga 30% saat digiling. Beras dengan kondisi tersebut tidak memenuhi syarat untuk menjadi beras rastra.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya