SOLOPOS.COM - Petugas mengangkut beras dari penggilingan di Dusun Kwadungan, Widodomartani, Ngemplak, Sleman, yang telah dibeli Bulog Divre Jogja, Senin (18/4/2016). (Bernadheta Dian Saraswati/JIBI/Harian Jogja)

Bulog Jogja memiliki persediaan yang cukup hingga tahun depan.

Harianjogja.com, JOGJA — Persediaan beras Perusahaan Umum (Perum) Badan Urusan Logistik (Bulog) Divisi Regional (Divre) DIY cukup hingga pertengahan 2017.

Promosi Strategi Telkom Jaga Jaringan Demi Layanan Telekomunikasi Prima

Kepala Perum Bulog Divre DIY M Sugit Tedjo Mulyono mengatakan, masyarakat tidak perlu cemas dengan ketersediaan beras di lapangan. Saat ini, stok beras bulog untuk rastra sekitar 32.500 ton. Jumlah tersebut bisa memenuhi kebutuhan beras rastra sampai pertengahan 2017.

“Rata-rata kebutuhan beras di DIY untuk rastra kan sekitar 4.325,862 ton setiap bulannya. Jadi ya sangat cukup,” kata dia kepada Harianjogja.com, Rabu (18/5/2016).

Ia menjelaskan, kebutuhan beras rastra di DIY rata-rata 51.910,38 ton per tahun. Jumlah itu didistribusikan ke seluruh wilayah DIY untuk memenuhi kebutuhan rastra bagi 288.391 rumah tangga sasaran (RTS). Rastra yang didistribusikan merupakan beras medium dengan kondisi broken 22% yang terdiri dari 20% patah dan 2% menir.

“Kalau untuk realisasi penyerapan pengadaan sampai saat ini sudah terkumpul 21.500 ton,” kata dia.

Ia mengatakan, Bulog menargetkan bisa menyerap sebesar 62.500 ton beras yang terdiri dari 55.000 ton rastra dan 7.500 ton beras komersial. Sesuai dengan Inpres Nomor 5 th 2015 Bulog harga gabah kering panen (GKP) di tingkat petani dibeli Rp3.700 per kg, sedangkan di ting penggilangan Rp3.750. Sementara gabah kering giling (GKG) di tingkat petani dibeli seharga Rp4.600 dan di tingkat penggilingan Rp4.650. Kemudian, untuk beras medium (rastra) dibeli dengan harga Rp7.300.

Angka itu menunjukkan serapan pengadaan mencapai 34,52% dari target serapan tahun ini sebanyak 62.000 ton. Ia mengaku optimistis target itu akan tercapai karena saat ini sudah mulai panen. Sugit sempat mengungkapkan, target serapan per bulan minimal harus tercapai sebanyak 90% di awal bulan. Sementara, untuk target selama satu tahun, harus bisa tercapai 70% pada Januari hingga April 2016.

Namun, sampai April 2016, serapan saat itu masih di kisaran 30%. Idealnya, hingga April 2016, serapan sudah mencapai 40%. Hal itu disebabkan banyak gabah yang roboh sehingga kualitas gabah turun. Saat itu pihaknya cukup sering menemukan gabah yang kadar broken atau patah yang tinggi hingga 30% saat digiling. Beras dengan kondisi tersebut tidak memenuhi syarat untuk menjadi beras rastra.

Sementara itu, ada beberapa yang mempengaruhi gabah yang patah setelah digiling. Hal itu bisa saja terjadi karena saat penjemuran yang kurang maksimal, bulir padi belum terisi maksimal tetapi sudah dipanen, dan bisa juga karena padi terendam air.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya