SOLOPOS.COM - Pantai Kwaru (JIBI/Harian Jogja/dok)
Pantai Kwaru (JIBI/Harian Jogja/dok)
BANTUL–Keberhasilan Pantai Kuwaru menjadi ikon wisata terbesar ke dua di Bantul setelah Pantai Parangtritis tidak lepas dari peran serta warga setempat.
Hal itu disampaikan Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Disbudpar) Bantul Bambang Legowo saat ditemui Harian Jogja, belum lama ini.
Untuk itu Bambang berharap perwujudan zona penyangga (buffer zone) harus mempertimbangkan nasib warga setempat yang saat ini mengais rezeki di sepanjang tepi Pantai Kuwaru.
“Kalau ditata ulang memang baik. Tetapi harus dikomunikasikan terlebih dulu. Jangan sampai terjadi benturan antara pemerintah dan warga,” kata Bambang, kemarin.
Diberitakan sebelumnya, salah satu opsi mencegah abrasi di Pantai Kuwaru adalah dengan mewujudkan zona penyangga. Sebab, pemasangan pemecah gelombang (water break) sangat mahal.
Adapun dalam draf Detail Engineering Design (DED) untuk penataan kawasan Pantai Kuwaru, salah satu poinnya menyebutkan pengelolaan sempadan pantai minimal 150 meter dari bibir pantai.
Jika draf DED tersebut disahkan, ratusan bangunan semi dan permanen di sepanjang tepi Pantai Kuwaru rencananya akan dipindahkan ke sebelah utara jalur jalan lintas selatan (JJLS).
“Tentu pemerintah telah memikirkan hal itu secara matang,” imbuh Bambang. Sebab, wisatawan datang ke Pantai Kuwaru bukan sekadar menikmati keindahan alam saja. Melainkan juga tergiur oleh menu olahan ikan laut (seafood) yang ditawarkan warung milik warga setempat dengan harga yang murah. Hal senada diutarakan anggota Komisi B DPRD Bantul Agung Laksmono. “Perlu dilakukan kajian yang mendalam agar tidak memicu permasalahan dalam penataan ulang,” tegasnya.
Rabu (29/8) lalu, Ketua Kelompok Sadar Wisata (Pokdarwis) Pantai Kuwaru Ponijo menyayangkan wacana pemindahan bangunan di tepi pantai Kuwaru ke sisi selatan JJLS. Sebab, tidak semua pemilik bangunan itu memiliki lahan di wilayah yang rencananya disediakan untuk penataan ulang Pantai Kuwaru tersebut.