JOGJA—Mahasiswa asal luar DIY diimbau agar tidak terus menetap di asrama daerah sehingga bisa berbaur dengan masyarakat sekitar untuk menekan konflik budaya.
Promosi Skuad Sinyo Aliandoe Terbaik, Nyaris Berjumpa Maradona di Piala Dunia 1986
“Bisa meminimalisasi konflik jika mereka [mahasiswa luar dengan warga] bisa saling menerima,” kata Kepala Dinas Pendidikan Pemuda dan Olah Raga, Baskara Aji di Kompleks Kantor Gubernur, Kepatihan, Senin (25/3/2013).
Menurutnya, tinggal di dalam asrama cukup daerah cukup dalam setahun pertama. Selanjutnya mahasiswa perantau bisa tinggal di indekos yang penghuninya majemuk. Sehingga tidak hanya sekader kuliah saja, melainkan juga bisa belajar di ‘universitas kehidupan DIY’.
Pertumbuhan asrama mahasiswa perantau mulai tumbuh setelah adanya otonomi daerah. Sejumlah daerah memfasilitasi penduduknya yang menempuh pendidikan di Jogja dengan asrama daerah. Menurut Baskara, hal itu tidak buruk. Namun akan jauh lebih baik jika mahasiswa dapat lebih bebaur dengan masyarakat sekitar.
Terkait agar mahasiswa tidak hidup ekslusif, Gubernur DIY pernah meminta kepada kabupaten/kota yang ada di luar DIY agar tidak perlu membangun asrama daerah di DIY. Dia berpesan agar Pemkab/Pemkot mendorong masyarakatnya yang sekolah di Jogja untuk tinggal di indekos dan berbaur dengan warga.
“Kekuatan Jogja itu membangun kebersamaan. Bukan di dalam kesendirian masing- masing etnis,” kata Sultan beberapa waktu lalu.