SOLOPOS.COM - Ilustrasi (JIBI/Dok)

Harianjogja.com, GUNUNGKIDUL-Dinas Perindustrian, Perdagangan, Koperasi, dan Energi Sumber Daya Mineral Kabupaten Gunungkidul, mengintensifkan pengawasan penjualan makanan dari kemungkinan kedaluwarsa menjelang Lebaran 2013.

Kepala Disperindagkop dan ESDM, Gunungkidul Siwi Iriani di Gunung Kidul, Kamis, mengatakan pasar-pasar tradisional dan toko kecil di daerah itu relatif sangat rawan sebagai tempat penjualan makanan kedaluwarsa.

Promosi Pembunuhan Satu Keluarga, Kisah Dante dan Indikasi Psikopat

“Untuk itu, pada H-10 hingga H-1 Lebaran, kami akan mengintesifkan pengawasan makanan kedaluwarsa ini untuk melindungi masyarakat. Biasanya masyarakat tidak memperhatikan kapan makanan itu sudah tidak layak konsumsi,” katanya, Kamis (18/7/2013).

Ia mengatakan berbagai pasar tradisional skala besar di Gunungkidul, yakni Wonosari, Semanu, Playen, sedangkan selebihnya pasar yang aktivitas jual-belinya sejak subuh hingga 08.00 WIB.

“Pengawasan akan difokuskan pada pasar tradisional yang aktivitasnya sangat singkat. Biasanya pasar ini, sangat rawan peredaran makanan kedaluwarsa,” kata dia.

Sebelum Ramadan, Disperindagkop ESDM telah melakukan pengawasan di beberapa toko swalayan, toko-toko kecil milik masyarakat, dan beberapa pasar trandisional.

Berdasarkan pengawasn tersebut, produk makanan yang dijual di toko swalayan, hanya lima persen yang kedaluwarsa, sedangkan di toko dan pasar tradisional sebagian besar sudah kedaluwarsa atau hampir kedaluwarsa.

“Ini menjadi keprihatinan kami. Untuk itu, kami terus melakukan pembinaan kepada pedagang pasar tradisional dan pemilik toko kelontong yang penjualnya sudah lanjut usia,” kata Siwi.

Dia mengatakan makanan kedaluwarsa yang biasanya dijual murah, adalah makanan ringan, sirup, dan makanan lain yang biasa dikonsumsi warga saat buka puasa.

“Modus yang digunakan pedagang biasanya menjual makanan kedaluwarsa dengan harga murah. Supaya calon pembeli tertarik untuk membeli makanan kedaluwarsa itu,” katanya.

Ia mengimbau kepada masyarakat agar tidak tergiur dengan makanan yang harganya jauh lebih murah ketimbang harga umumnya.

Mereka, katanya, juga harus mempertimbangkan faktor kesehatan saat membeli makanan, terlebih pada Bulan Puasa kebutuhan masyarakat terhadap produk makanan relatif sangat tinggi.

Terkait dengan pengawasan itu, Disperindagkop dan ESDM melakukan koordinasi dengan Satpol PP dan Dinas Kesehatan Gunung Kidul.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya