SOLOPOS.COM - Cici Erlisa menunjukkan kemahiran bermain kendang dalam acara peringatan Hari Pramuka di Alun-alun Wonosari, Kamis (14/8/2014). (David Kurniawan/JIBI/Harian Jogja)

Harianjogja.com, GUNUNGKIDUL-Umumnya pengendang dilakukan oleh anak laki-laki. Namun hal berbeda ditunjukkan kelompok seni Kridho Siswo Mudo  Sekolah Dasar Negeri 3 Gari, Wonosari. Dalam pentas seni peringatan Hari Pramuka di Alun-alun Wonosari, yang mementaskan Tari Gedrok, pemain kendang justru gadis cilik kelas empat, Cici Erlisa.

Tak ada rasa canggung diperlihatkan Cici Erlisa saat memainan tiga kendang yang berada di depannya. Padahal, yang menyaksikan pertunjunkan itu bukan sembarang orang. Pasalnya, orang yang melihat pertunjukkan tersebut di antaranya Wakil Gubernur DIY, Sri Paku Alam IX, Bupati Bantul Sri Surya Widati, serta jajaran kepala Forum Komunikasi Pimpinan Daerah Gunungkidul.

Promosi Keturunan atau Lokal, Mereka Pembela Garuda di Dada

Ketiga kendang tersebut, seakan telah menyatu dengan dirinya. Ketukan demi ketukan terus dia mainkan, diiringi aneka gamelan lainnya membentuk nada-nada pas yang mengiringi pementasan Tari Gedrok. Sementara itu, pementasan itu sendiri menampilkan enam penari Gedrok cilik, yang kesemuannya merupakan teman sekolah Cici.

Total personel dalam pementasan seni tersebut sebanyak 15 orang. Pementasan yang berlansung sekitar 15 menit itu dapat memukau peserta yang hadir. Tak jarang, beberapa peserta yang membawa kamera mengabadikan pentas seni yang dipertunjukkan Cici dan kawan-kawan.

“Awalnya grogi, tapi karena sudah terbiasa main kendang jadi bisa menguasai keadaan dan bermain seperti sedia kalanya,” katanya kepada Harianjogja.com, Kamis (14/8/2014).

Dia mengaku sudah bermain dan berlatih kendang sejak usia lima tahun. Dia mengaku tertarik karena kendang merupakan salah satu instrumen vital dalam kesenian tradisional Jawa tersebut.

Cici mengaku akanterus berusaha bermain kendang. Alasannya, dengan cara ini maka bisa melestarikan tradisi seni peninggalan leluhur. Baginya, bermain kedang merupakan hal yang mengasyikan, karena dengan mengendang dia bisa merasa senang.

Sementara itu, pelatih kelompok seni Kridho Siswo Mudo SDN 3 Gari, Aji Suyono mengakui bila permainan yang ditunjukkan anak asuhnya belum sempurna. Namun, untuk ukuran anak-anak pentas seni yang ditampilkan sudah baik.

Dijelaskan Aji, sejak empat tahun lalu SDN 3 Gari mulai mengembangkan kegiatan ekstrakurikuler pentas seni tari dan gamelan. Tiap bulannya anak-anak mulai kelas tiga sampai dengan kelas empat berlatih dua kali. Dia percaya, lewat pengenalan kesenian tradisional sejak dini, maka anak-anak akan paham dan mengerti tentang budaya yang dimiliki bangsa. Harapannya, lewat kegiatan ekstrakurikuler ini maka budaya dan tradisi yang ada tetap ada dan terus dilestarikan.

“Selain bisa memunculkan seniman-seniman yang handal, paling tidak kegiatan itu bisa mempertahankan eksistensi seni tradisional di tengah gempuran moderenitas,” tegas Aji.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya