SOLOPOS.COM - Angkutan umum jurusan Pakem-Condongcatur, Sleman ngetem di Terminal Pakem, kemarin (JIBI/Harian Jogja/Switzy Sabandar)

Angkutan umum jurusan Pakem-Condongcatur, Sleman ngetem di Terminal Pakem, kemarin (JIBI/Harian Jogja/Switzy Sabandar)

Bagai telur di ujung tanduk. Itulah gambaran yang pas untuk angkutan umum yang kerap disebut colt, jurusan Kaliurang-Pakem-Condongcatur, Sleman, DIY. Kejayaan satu dekade lalu kini kalah dimakan zaman.

Promosi Pemimpin Negarawan yang Bikin Rakyat Tertawan

Angkutan ini memiliki sejarah perubahan trayek yang cukup berliku. Dimulai dengan Pakem-Terban kemudian berubah-ubah dengan berbagai pertimbangan sampai akhirnya menempati trayek Pakem-Condongcatur.

Perbedaan drastis terasa saat melintas di sepanjang Jalan Kaliurang pada awal 2000 dan masa kini. Di awal milenium baru, colt bertebaran di jalanan setiap saat, baik yang menuju arah utara maupun ke selatan.  Kursi-kursi yang terdapat di dalamnya pun selalu penuh bahkan tak jarang penumpang rela berdiri karena tidak mendapat tempat duduk.

Jika seseorang berniat untuk bepergian dengan naik colt maka ia hanya perlu berdiri di tepi jalan dan tidak sampai tiga menit kendaraan yang dimaksud akan muncul. Sekarang, jangankan melihat penumpang berdesakan di dalam colt, keberadaan angkutan itu pun perlahan lenyap dari pandangan pengguna jalan. Ia tidak lagi mendominasi jalan raya dan dalam tempo setengah jam saja, tidak lebih dari tiga angkutan yang melintas. Sekali tertangkap mata, sebagian besar colt sepi penumpang. Suasana di dalamnya lengang.

“Ya memang seperti ini kondisinya sekarang, tidak dapat penumpang sama sekali dalam perjalanan sudah lumrah,” ungkap Suratman, salah satu sopir angkutan yang ditemui Harian Jogja di Terminal Pakem belum lama ini.

Maraknya kredit motor dan merebaknya pangkalan ojek, dituding laki-laki berusia 45 tahun ini sebagai penyebab utama tersisihnya angkutan semacam colt. Alasannya, para pedagang di pasar maupun siswa dan mahasiswa tidak lagi membutuhkan angkutan umum ini sebagai sarana transportasi utama.

Hal serupa juga diutarakan Kiswanto, sopir angkutan lainnya. Dia menguraikan jumlah armada colt yang tersisa tinggal 60 unit sementara sewaktu masih digandrungi terdapat sekitar 120 unit yang beroperasi.

Ia tidak memungkiri ada kemungkinan jumlah ini akan terus menurun tiap tahun tetapi setidaknya kondisi colt lebih beruntung ketimbang bus Baker yang sudah gulung tikar beberapa waktu silam karena minimnya pendapatan. “Kalau bisa ojek tidak perlu menghampiri penumpang, biar bisa bagi-bagi hasil dengan omprengan,” ucapnya diselingi tawa.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya