SOLOPOS.COM - Seorang petani tampak mengamati kondisi tanaman padi yang roboh di Bulak Giripeni, Wates, Kulonprogo, Kamis (16/6/2016). (Rima Sekarani/JIBI/Harian Jogja)

Melihat kondisi saat ini, hasil panen diperkirakan turun 10%-15%.

Harianjogja.com, WATES-Hujan deras disertai angin kencang pada Rabu (15/6/2016) kemarin menyebabkan belasan hektare (ha) tanaman padi di bulak Giripeni, Wates, Kulonprogo roboh. Hal tersebut diperkirakan membuat hasil panen menurun sebesar 10%-15%.

Promosi Sejarah KA: Dibangun Belanda, Dibongkar Jepang, Nyaman di Era Ignasius Jonan

Ketua Gabungan Kelompok Tani (Gapoktan) Desa Giripeni, Untung Suharjo mengatakan, ada 54 ha lahan pertanian yang ditanami padi pada musim tanam kedua (MT II) kali ini. Namun, sekitar 15 di antaranya diketahui roboh akibat diterjang angin kencang. “Angin datang mulai jam setengah empat sore lalu ada hujan gede disertau angin sampai jam empat,” ucap Untung, Kamis (16/6/2016).

Padi yang roboh rata-rata berusia 90-95 hari dan seharusnya bisa dipanen pada 10-15 hari mendatang. Melihat kondisi saat ini, hasil panen diperkirakan turun 10%-15%. Untung menjelaskan, pengisian bulir padi di bagian bawah tangkai belum maskimal dan cenderung akan terhenti karena tanaman roboh. “Padahal prediksi kami hasil MT II ini lebih bagus dari MT I yang kemarin terserang penyakit patah leher,” kata Untung.

Untung memaparkan, para petani diminta membuat saluran drainase sederhana untuk mempercepat pembuangan air dari setiap petak agar padi tidak semakin lama terendam. Jika dibiarkan tetap terendam, bulir padi akan menghitam sehingga menurunkan kualitas. Untung menambahkan, padi yang sudah mendekati masa panen dibiarkan tetap roboh, sedangkan yang usianya masih muda berusaha ditegakkan kembali dengan cara diikat.

Untung lalu berharap tidak ada lagi hujan lebat disertai angin kencang yang bisa membuat padi lain roboh. Dengan begitu, penurunan produktivitas tanaman padi tidak menjadi semakin parah. “Kalau terjadi hujan seperti kemarin terus, kualitas dan kuantitas hasil panen menjadi kurang bagus,” ujar dia.

Ketua Kelompok Tani Martani Giripeni, Dikin menyatakan jika varietas padi yang ditanam di Bulak Giripeni adalah situ bagendit. Varietas tersebut pada dasarnya lebih kokoh karena ukurannya relatif rendah. Para petani juga tertib dalam melakukan pemupukan dan menjaga jarak tanam. “Usia padi kami sekitar 75-80 hari. Kemarin itu memang anginnya kencan sekali dari arah timur laut,” ungkap Dikin.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya