SOLOPOS.COM - Panduan Informasi dan Inspirasi

Cuaca ekstrem di Sleman perlu diwaspadai karena bisa menimbulkan bencana pohon tumbang

 

Promosi Meniti Jalan Terakhir menuju Paris

Harianjogja.com, SLEMAN-Pemangkasan pohon perindang yang rawan ambruk dilakukan intensif setiap hari memasuki masa cuaca buruk. Pohon dengan jenis akar serabut seperti beringin dirasa paling rawan ambruk terkena angin kencang.

Indra Dermawan, Kepala Bidang Kebersihan dan Pengelolaan Ruang Terbuka Hijau Dinas Lingkungan Hidup Sleman mengatakan sejumlah pohon perindang berukuran besar memang rawan ambruk dan membahayakan warga.

“Jika sudah musim seperti ini, pemangkasan dilakukan setiap hari khususnya di daerah padat penduduk,” terangnya kepada Harianjogja.com pada Senin (10/4/2017).

Pohon beringin dinilai paling beresiko ambruk karena ukurannya yang relatif besar dengan akar yang kurang kokoh. Namun, saat ini keberadaan pohon tersebut di ruas jalan utama saat sudah lebih sedikit dibanding sebelumnya. Saat ini, pohon tersebut hanya ada di kawasan Sendangadi, Mlati dan Tridadi, Sleman.

Indra menyebutkan jika pohon jenis itu sebenarnya sudah akan diganti namun masih menuai penolakan dari beberapa kalangan. Pasalnya, usia dan ukuran pohon yang sudah cukup besar disayangkan apabila ditebang.

Sejumlah pohon perindang di jalur jalan kabupaten dan provinsi saat ini sudah banyak dipangkas meski tetap beresiko ambruk. Selain pemangkasan, Pemkab Sleman juga melakukan pengecekan kesehatan pohon perindang di semua daerah. Meski memiliki akar serabut, jika pohon tersebut tergolong sehat, Indra menambahkan, maka pohon tersebut relatif aman meski di musim penghujan

Topografi daerah Sleman secara tidak langsung menyebabkan semua pohon perindang rawan ambruk. Karena itu, antisipasi ekstra dilakukan agar tidak ada kerugian yang disebabkan.

Saat ini, Pemkab Sleman juga berupaya mengganti sejumlah tanaman perindang di tepi jalan dengan jenis yang lebih kuat seperti pohon tanjung dan pule. Kedua jenis tersebut memiliki batang dan dahan yang tidak mudah roboh serta berusia panjang.

Masih adapula jenis pohon lainnya seperti glodogan payung, bungur, dan angsana. Hanya saja, pohon angsana masih bersifat opsional karena rentan terhadap penyakit. Selain itu, Indra menguraikan jika pihaknya bekerja sama dengan relawan bencana untuk memantau sejumlah pohon yang rawan ambruk. Hal ini sebagai solusi atas terbatasannya SDM yang dimiliki DLH untuk melakukan pengawasan.

Terpisah, Kepala Bidang Pencegahan dan Kesiapsiagaan BPBD Sleman, Heru Saptono mengatakan 86 desa di Sleman rawan bencana angin kencang dan puting beliung. Kondisi ini salah satunya disebabkan oleh pemanasan global yang berdampak pada perubahan cuaca. Curah hujan yang tinggi kini terjadi sepanjang tahun sehingga masyarakat diminta untuk tetap waspada.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya