Jogja
Jumat, 23 September 2016 - 13:20 WIB

DAGING IMPOR : BULOG: Pemerintah Tak Ceroboh Salurkan Daging Kerbau

Redaksi Solopos.com  /  Mediani Dyah Natalia  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Ilustrasi daging (JIBI/SOLOPOS/antara)

Daging impor berupa kerbau dari India akhirnya masuk pasar Indonesia.

Harianjogja.com, JOGJA — Perum Bulog Pusat sudah mendistribusikan daging kerbau impor dari India ke pasaran. Di DIY sendiri, Bulog masih ingin mempelajari sejauh mana tanggapan masyarakat terhadap daging kerbau tersebut.

Advertisement

Berbagai tanggapan memang sempat mewarnai rencana impor daging kerbau dari India. Di DIY, kalangan pedagang daging sapi menilai, masyarakat DIY belum terbiasa mengonsumsi daging kerbau.

Kepala Perum Bulog Divre DIY Miftahul Adha mengatakan menegaskan dalam melakukan impor daging kerbau, pemerintah tentu tidak ceroboh. Pemerintah dipastikan melakukan tahapan sesuai prosedur agar komoditas yang dikonsumsi masyarakatnya aman.

“Pemerintah tentu tidak sembrono, pasti [impor daging kerbau] melalui karantina dan higienitas,” tegasnya.

Advertisement

Menurutnya, masyarakat masih perlu dipahamkan terkait daging impor. Tidak hanya daging kerbau, tetapi juga daging sapi impor atau yang lebih dikenal masyarakat dengan daging sapi beku. Selama ini, masyarakat masih mengandalkan daging sapi lokal karena menurut mereka lebih segar.

Dengan sosialisasi, imbuh Mifta, pemerintah memberikan pilihan beragam komoditas dengan harga yang berbeda. Harga daging kerbau lebih murah dibandingkan sapi lokal sehingga diharapkan tujuan mengendalikan harga bisa tercapai.

(Baca Juga : DAGING IMPOR : India Kirim Daging Kerbau, Ini yang Dikhawatirkan Pedagang Sapi)

Advertisement

Ketua Paguyuban Pedagang Daging Sapi Segoroyoso (PPDSS) Ilham Akmadi sebelumnya mengatakan Indonesia sudah menjadi negara bebas penyakit mulut dan kuku (PMK) sehingga ketika daging kerbau dari India yang notabene belum bebas PMK masuk ke Indonesia, keberadaannya akan sulit diterima pasar.

“Kalau kita mau mengimpor daging dari negeri yang belum bebas PMK, maka zona bebas PMK kita akan hilang,” katanya.

Menurutnya akan banyak rangkaian dampak negatif yang muncul dari kebijakan ini. Mulai dari anjloknya harga daging sapi, hilangnya status bebas PMK, hingga menularnya penyakit zoonosis yaitu penyakit hewan yang dapat menular pada manusia. Beberapa dampak tersebut diprediksi menimbulkan kerugian hingga triliunan rupiah.

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif