Harianjogja.com, KULONPROGO—Permintaan air ke Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) Tirta Binangun Kulonprogo meningkat setelah terjadinya letusan Gunung Kelud.
Data yang dihimpun dari PDAM Tirta Binangun Kulonprogo menyebutkan, pada kondisi biasa permintaan air hanya berkisar tujuh sampai delapan rit per hari (satu rit sama dengan 4.000 liter), sementara sejak Jumat (14/2/2014) permintaan air mencapai 50 rit.
Permintaan air meningkat karena penyemprotan abu vulkanik yang banyak dilakukan masyarakat perkotaan. Peningkatan debit air di perkotaan juga sempat menyebabkan beberapa wilayah ailiran PDAM menjadi kecil, akan tetapi PDAM Tirta Binangun Kulonprogo mengklaim saat ini sudah berjalan normal.
Direktur PDAM Tirta Binangun Kulonprogo, Jumantoro, menjelaskan, kapasitas produksi PDAM sama seperti kondisi normal yakni 240 liter per detik, namun peningkatan konsumsi untuk rumah tangga meningkat.
“Ukuran pastinya untuk tangki bisa diukur, tetapi kalau rumah tangga harus melihat meterannya yang terakumulasi di akhir bulan,” ujarnya, Senin (17/2/2014).
Berdasarkan pengalaman saat erupsi Merapi, kata dia, peningkatan untuk rumah tangga dapat mencapai 75%.
Menurutnya, pemakaian air di wilayah perkotaan yang berlebih menyebabkan beberapa wilayah dengn letak geografis di pegunungan sempat terganggu, antara lain, Gununggempal, Krembangan, sebagian Pahingan, Kaliagung, dan sebagian Girimulyo.
Ditambahkannya, pada Jumat lalu pengolahan air sempat terhambat dan hanya mampu memproduksi 50%, akan tetapi beberapa jam kemudian sudah berjalan normal.