SOLOPOS.COM - Khoirudin. 67, salah satu pengrajin Blangkon di Dusun Beji, Desa Sidoarum, Godean, Sleman sedang menyelesaikan tahap finishing Blangkon di rumah produksinya, Minggu (5/3/2017). Permintaan semakin meningkat dalam beberapa waktu terakhir, bahkan dari luar Jogja sekalipun. (Mayang Nova Lestari/JIBI/Harian Jogja)

Dana keistimewaan juga diterima pengrajin blangkon

Harianjogja.com, SLEMAN — Kerajinan Blankon di Dusun Beji, Desa Sidoarum, Kecamatan Godean semakin berkembang usia diresmikan menjadi salah satu sentra kerajinan di Kabupaten Sleman pada 2015 lalu. Perekonomian masyarakat setempat kian membaik seiring disahkannya undang-undang keistimewaan di DIY.

Promosi Mudik: Traveling Massal sejak Era Majapahit, Ekonomi & Polusi Meningkat Tajam

Salah satu pengrajin Blangkon, Khoirudin. 67, mengatakan dirinya telah bergelut untuk membuat kerajinan blankon sejak 1965 lalu. Kala itu dirinya masih berusia 16 tahun. Berbekal pelatihan dari pamannya, hingga kini ia masih produktif dalam menghasilkan hingga puluhan blankon dalam satu bulan.

“Walau dikatakan saat ini sudah jaman modern, tapi permintaan blankon masih terus berdatangan bahkan berlimpah,” kata dia saat dijumpai di rumah produksinya, Minggu (5/3/2017).

Bapak yang akrab disapa Udin tersebut mengatakan, saat ini dalam menyelesaikan pekerjaan membuat blankon hanya sesuai pesanan saja. Tidak seperti dahulu ia harus membuat blangkon untuk kemudian diantar atau dijual di Pasar Beringharjo di Jogja demi terjualnya blangkon.

Kini ia mampu menerima pesanan hingga kurang lebih 50 buah dalam satu bulan. Pesanan tersebut datang secara pribadi atau individu dan juga secara berkelompok. Ia mengaku masih terus aktif memproduksi blangkon setiap harinya sesuai pesanan.

“Setiap satu hari saya bisa mengerjakan dua sampai tiga buah blangkon,” kata

Udin yang dikenal warga sebagai pengrajin blangkon tertua di Beji tersebut mengatakan bahwa kerajinan blankonnya kini sudah dapat menarik pelanggan dari sejumlah daerah, di antaranya Kalimantan, Sumatra, hingga Sulawesi dan tentunya juga dalam daerah. Sedangkan permintaan paling banyak masih di seputar DIY dan lebih rutin memesan. Di antaranya pesanan tersebut datang dari Prawirotaman, Sedayu, juga para abdi dalem keraton yang berlangganan blankon handmadenya tersebut.

Meski diakui Udin, bahwa butuh waktu yang cukup lama untuk dapat menjadikan Beji sebagai sentra Blangkon. Menurutnya, setelah DIY dinanungi UU keistimewaan, pelanggannya meningkat. Minat akan blangkon semakin tinggi, terbukti dengan terus mengalirnya pesanan dalam waktu-waktu terakhir.

Kepala Dukuh Beji, Warsidi mengatakan sentra Balngkon di wilayahnya terus menunjukkan kemajuan. Terutama di bidang perekonomian masyarakat. Hingga kini ada sekitar 24 pengrajin blangkon di padukuhan Beji yang produktif membuat blangkon.

Ia pun membenarkan, ada pengaruh yang ditularkan seiring berjalannya UU Keistimewaan DIY. Sehingga kini, sejumlah instansi pemerintah maupun pendidikan memberlakukan aturan untuk menggunakan pakaian jawa di hari-hari tertentu sebagai wujud DIY daerah Istimewa.

“Blangkon menjadi salah satu aksesori pakaian Jawa yang laris manis dicari dan dibeli oleh masyarakat,” kata dia.

Untuk perkembangannya, kini di Dusun Beji pun semakin giat untuk memertahankan potensi atau aset lokal dusun. Oleh karena itu, ia pun berperan serta untuk mendorong generasi mda untuk terus belajar membuat blangkon agar terjadi regenerasi dan kerajinan blangkon tak mati.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya