Jogja
Sabtu, 9 Desember 2017 - 06:40 WIB

Defisit Kuota, Internet Justru Banyak Dipakai Bertengkar Tidak Produktif

Redaksi Solopos.com  /  Bhekti Suryani  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Ilustrasi hate speech atau ujaran kebencian di media sosial. (arpitgarg.com)

Penggunaan Internet di Indonesia banyak tidak produktif.

Harianjogja.com, JOGJA–Banyaknya pengguna internet tidak dimanfaatkan untuk aktivitas produktif, namun lebih banyak untuk bertengkar atau aktivitas kurang bermanfaat lainnya seperti melalui medsos.Masalah itu dibahas dalam diskusi publik bertema Indonesia Memasuki Era Digital, Siapkah Masyarakat Kita? di Auditorium LPP, Jalan Urip Sumoharjo, Kota Jogja, Jumat (8/12/2017).

Advertisement

Padahal, saat ini Indonesia tengah mengalami defisit kuota internet dan diprediksi akan menyebabkan akses internet semkain lemot ke depannya.

Staf Ahli Menkominfo Bidang Komunikasi dan Media Massa Prof. Henri Subiakto menegaskan, di 2017, Indonesia telah mengalami defisit kuota internet mencapai 200 MHz. Diperkirakan defisit akan meningkat menjadi 500 MHz di 2020 yang berpotensi membuat internet akan makin sering macet.

Pada kondisi defisit saat ini, di kota besar jaringan internet sering bermasalah. Mengingat kebutuhan broadband atau jangkauan frekuensi luar untuk mengirim dan menerima data, dengan keberadaan di frekuensi sudah tidak memenuhi. Penyebabnya, karena pengguna internet di Indonesia cukup besar meski masih berada di bawah Tiongkok. Selain itu sebagian besar internet saat ini menggunakan frekuensi, seperti dipakai oleh operator untuk jaringan 3G, 4G, 5G. “Tahun ini, 2017 defisitnya hampir 200 MHz, di kota kota besar makanya kan sering buffering terus,” terangnya dalam dikusi tersebut, Jumat (8/12/2017).

Advertisement

Anggota Komisi I DPR RI Sukamta mengatakan, tingginya penggunaan internet di Indonesia belum sepenuhnya dimanfaatkan untuk aktivitas produktif. Saat ini internet lebih banyak digunakan untuk berdebat terhadap sesuatu yang tidak jelas, bahkan untuk bertengkar melalui media sosial.

“Di negara maju ruang digital digunakan untuk hal produktif, tetapi kita masih digunakan untuk berkelahi. Kami mendorong pemerintah agar punya program supaya mengajak masyarakat menggunakan ruang digital untuk kegiatan produktif baik secara ekonomi maupun sosial,” ungkap dia.

Pakar Teknologi Informasi UGM Bambang Nurcahyo menyatakan, tingginya penggunaan internet harus direspons kaum muda untuk berfikir lebih visioner. Terutama menjadikan pertimbangan teknologi informasi sebagai hal utama untuk memilih pekerjaan. “Harus memilih pekerjaan yang sekiranya nanti tetap bisa survive. Katakanlah seperti sopir, itu ke depan kemungkinan pekerjaan itu bisa hilang atau tidak dibutuhkan lagi,” ungkap dia.

Advertisement

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif