SOLOPOS.COM - Pengasapan untuk memberantas chikungunya.(JIBI/Harian Jogja/Desi Suryanto)

Demam berdarah Bantul selama dua bulan ini mengakibatkan dua orang tewas.

Harianjogja.com, BANTUL– Sepanjang Januari hingga Februari lalu sudah lima warga Bantul yang menjadi korban demam berdarah dengue (DBD).

Promosi Komeng The Phenomenon, Diserbu Jutaan Pemilih Anomali

Kepala Bidang Penanggulangan Masalah Kesehatan (PMK) Dinas Kesehatan Kabupaten Bantul Pramudi Dharmawan mengatakan, lima warga meninggal dunia, dua dinyatakan positif akibat DBD, sedangkan tiga lainnya diduga tewas karena demam berdarah melihat kemiripan gejalanya. Penyebab tiga kematian pasien DBD itu kini masih diaudit.

Kematian lima pasien DBD itu dinilai tinggi dibanding periode yang sama tahun sebelumnya dengan angka kematian nihil. Kematian pasien DBD sejalan dengan meningkatnya kasus demam berdarah di awal tahun ini. Sepanjang Januari-Februari 2015 tercatat sebanyak 295 kasus DBD. Sementara periode yang sama tahun lalu hanya sebanyak 91 kasus atau meningkat hingga 300%. Bahkan hingga awal Maret ini jumlah kasus DBD telah mencapai 332 kejadian.

“Kasus paling banyak ditemukan di Banguntapan, Sewon dan Kasihan. Di kecamatan yang berbatasan langsung dengan kota dan padat penduduk,” terang Pramudi, Kamis (5/2/2015).

Ia memprediksi, maraknya kasus DBD masih akan terjadi hingga Mei mendatang dan menurun setelah memasuki kemarau. Untuk mengantisipasi lonjakan kasus DBD, lembaganya kini menggencarkan pemberantasan sarang nyamuk (PSN) di masing-masing rumah tangga. Sebab musim hujan saat ini menimbulkan genangan air tempat berkembangbiak nyamuk aedes aegypti penyebab demam berdarah.

Kepala Seksi Survilance Dinas Kesehatan Bantul, Widayati mengatakan, di tiga kecamatan endemik demam berdarah ada beberapa desa yang paling banyak ditemukan kasus ini.

Di Kecamatan Sewon misalnya, kasus demam berdarah paling banyak ditemukan di Desa Panggungharjo. “Di Kecamatan Banguntapan paling banyak di Desa Banguntapan dan di Kecamatan Kasihan ada di Desa Ngestiharjo,” jelas Wida sapaan akrabnya.

Gubernur DIY sebelumnya telah mengeluarkan Surat Edaran (SE) No.6/2014 tentang kesiagaan terhadap siklus lima tahunan serangan demam berdarah. Salah satu bentuk kesiapsiagaan itu, lembaga kesehatan seperti puskesmas diminta menyiapkan bubuk abate agar dapat diakses warga serta menyiapkan pasokan darah dengan menggiatkan donor darah. Pemkab Bantul sebelumnya telah melaksanakan donor darah di kantor Palang Merah Indonesia (PMI) setempat.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya