Jogja
Kamis, 4 Agustus 2016 - 10:20 WIB

DEMAM BERDARAH GUNUNGKIDUL : Ini Daerah Paling Endemis di Wonosari

Redaksi Solopos.com  /  Mediani Dyah Natalia  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Ilustrasi (JIBI/SOLOPOS/Dok)

Demam berdarah Gunungkidul jumlah pasien terus bertambah.

Harianjogja.com, GUNUNGKIDUL — Kasus Demam Berdarah Dengue (DBD) makin mewabah di Gunungkidul. Setiap bulan korban terus bertambah, hingga Juli tahun ini tercatat 719 kasus penyakit DBD menyerang warga Gunungkidul.

Advertisement

Kepala Bidang Pencegahan dan Penanggulangan Penyakit Dinas Kesehatan (Dinkes) Gunungkidul, Sumitro mengatakan untuk mendukung Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN), Dinkes pun membentuk Gerakan Satu Rumah Satu Jumantik (Rasa Suntik) dimana dalam satu rumah terdapat satu juru pemantau jentik (Jumantik). Artinya, dinkes berupaya menggandeng masyarakat untuk terlibat langsung dalam upaya memerangi nyamuk DBD. Di Gunungkidul, Dusun Budegan I Desa Piyaman, Kecamatan Wonosari menjadi daerah yang pertama kali menjajal program tersebut. Hasilnya, dari angka bebas jentik yang hanya 62% kini dapat meningkat menjadi 98%.

“Memang masih terlalu dini untuk melihat perubahannya karena masih dalam proses menjalankan program sampai saat ini. Namun, masyarakat di wilayah yang cukup endemis tersebut sedikit demi sedikit mulai meningkat kesadaran hidup sehatnya,”kata dia, Rabu (3/8/2016)

Di Gunungkidul, Kecamatan Wonosari masih diposisikan sebagai wilayah paling endemis. Kemudian disusul Karangmojo dan Tanjungsari. Sumitro melanjutkan untuk mencegah terus bertambahnya kasus DBD, ia berharap penuh pada masyarakat untuk memerhatikan pola hidup sehat. Menurutnya, pola pikir masyarakat pun mesti diubah. Contoh kecil yakni tindakan pengasapan nyamuk atau yang dikenal dengan istilah fogging. Fogging tak banyak menyelesaikan masalah, terlebih apabila tempat-tempat favorit untuk berkembang nyamuk tak diberantas. Untuk itu, kemauan masyarakat dengan melakukan kegiatan bersih-bersih di lingkungan rumah merupakan tindakan sederhana namun sangat bermanfaat.

Advertisement

Kepala Desa Piyaman, Tugino mengatakan saat ini program Rasa Suntik masih terus berjalan di desanya melalui kader-kader jumantik. Setiap satu minggu sekali dilakukan kegiatan pengurasan secara serentak di kolam maupun bak kamar mandi yang menyasar masing-masing RT. Terdapat 12 kader Jumantik saat ini, dimana kader tersebut bertugas memantau keberadaan jentik nyamuk dan dapat memberantas DBD.

“Harapanya agar Budegan I di Desa Piyaman yang masuk wilayah endemis terbebas dari DBD,” kata dia.

Sebelumnya, Kepala Dinas Kesehatan Gunungkidul, Agus Prihastoro berulang kali pihaknya tak bosan menyampaikan dan menggencarkan penyuluhan kepada masyarakat terkait kegiatan PSN dengan 3M (Menutup, Mengubur, Menguras). Beberapa tempat favorit nyamuk yakni antara lain di genangan air bersih yang tenang seperti botol bekas air mineral dan parit-parit.

Advertisement

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif