SOLOPOS.COM - Seorang ibu menunggui putrinya yang mengidap demam berdarah dengue (DBD) di RSUD dr. Iskak, Tulungagung, Jumat (15/1/2016). (JIBI/Solopos/Antara/Destyan Sujarwoko)

Demam berdarah Jogja, daerah endemis meluas.

Harianjogja.com, JOGJA-Dinas Kesehatan Kota Jogja menyatakan Demam Berdarah Dengue (DBD) mewabah di semua kelurahan di Kota Jogja. Kondisi tersebut perlu menjadi perhatian semua pihak untuk kembali menggerakan pemberantasan sarang nyamuk (PSN).

Promosi 204,8 Juta Suara Diperebutkan, Jawa adalah Kunci

Kepala Bidang Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan (P2PL) Dinas Kesehatan Kota Yogyakarta, Yudiria Amelia mengungkapkan jumlah kasus demam berdarah di Jogja 453 kasus selama 2016 sampai akhir April lalu. Empat penderita di antaranya meninggal dunia. Menurut dia jumlah kasus DBD kali ini sudah hampir separuhnya dari total kasus DBD pada tahun lalu.

Tahun lalu, penderita demam berdarah tercatat 945 kasus dengan 11 penderita meninggal dunia. Padahal, kata dia, tahun ini belum melewati periode September-Desember yang biasanya menjadi tren peningkatan kasus demam berdarah.

Saat ini diakui Yudiria hampir setiap hari ada kasus demam berdarah. Sebagian besar menimpa anak usia dibawah 14 tahun. Saat masa pancaroba ini, ia menyebut perkembangan nyamuk aedes aegipty sangat cepat. Genangan air hujan yang terkena sinar matahari mempercepat perkembangbiakan nyamuk.

Namun demikian, menurutnya, masyarakat tidak perlu cemas jika mengetahui cara pencegahannya dengan PSN.

“Masing-masing keluarga harus menjadi juru pemantau jentik, membersihkan tempat-tempat perkembangbiakan nyamuk,” katanya, dalam acara Gerakan Bersama Melawan Demam Berdarah di ruang PKK Balai Kota Jogja, Jumat (13/5/2016). Acara tersebut diselenggarakan bersama Ikatan Dokter Anak Indonesi (IDAI) dan Glaxo Smith Kline Consumer Healthcare Indonesia.

Selain itu masyarakat juga diminta untuk segera mendeteksi dini gejala demam berdarah dengan mendatangi puskesmas. Dinas Kesehatan Jogja sudah menyediakan alat reagen deteksi dini infeksi atau NS demam berdarah di semua puskesmas untuk mendeteksi lebih cepat pada penderita.

“Dua dari empat kasus kematian demam berdarah tahun ini karena terlambat dibawa ke rumah sakit,” ujar Yudiria.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya