Jogja
Jumat, 29 November 2013 - 17:55 WIB

Demam Berdarah Masih Jadi Ancaman

Redaksi Solopos.com  /  Wisnu Wardhana  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Ilustrasi

Harianjogja.com, JOGJA-Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) masih menjadi ancaman bagi masyarakat di negara tropis dan sub tropis. Pasalnya, dalam beberapa tahun terakhir, angka kesakitan akibat infeksi virus dengue meningkat baik dari segi jumlah maupun penyebarannya.

Diperkirakan angka kesakitan global saat ini mencapai 96 juta per tahun. Sekitar 300 juta penduduk di dunia terinfeksi dan separuhnya terjadi di Asia Tenggara.

Advertisement

Di Indonesia, menurut Wakil Menteri Kesehatan (wamenkes) Prof. Ali Ghufron Mukti, meskipun angka kematian akibat infeksi virus dengue terus menurun hingga di bawah 1%, angka kesakitan masih sangat tinggi. Yakni, mancapai 27,6 kasus per 100.000 penduduk. “Infeksi virus dengue ini masih tinggi di Indonesia karena banyak menyerang pada anak-anak,” ungkap Ghufron dalam simposium internasional Integrating Research and Action on Dengue di Auditorium Fakultas Kedokteran UGM, Jumat (29/11/2013).

Upaya untuk mengatasi penyakit ini terus dilakukan akan tetapi hasilnya belum memuaskan. Upaya itu meliputi pencegahan, termasuk di dalamnnya pengedalian vektor virus dengue, pengembangan vaksin anti dengue, pengembangan model untuk memprediksi munculnya wabah dan diagnosis yang lebih cepat dan akurat.

Kendati belum ditemukan vaksin yang efektif untuk mencegah virus ini, pemerintah bersama perguruan tinggi dan rumah sakit terus berupaya melakukan upaya untuk pengedalian penyakit ini. “Upaya sanitasi, pembasmian sarang nyamuk di area populasi dan meningkatkan peran dokter dan perawat dalam pengobatan di puskesmas dan rumah sakit terus dilakukan,” kata Ghufron.

Advertisement

Terkait dengan pengembangan vaksin dan pemetaan penyakit dengue ini, kata Ghufron, pemerintah juga telah membentuk konsosium kelompok kerja melibatkan berbagai lembaga riset dan perguruan tinggi seperti Litbangkes, Eijkman institute for molecular biology, Universitas Gadjah Mada (UGM), Universitas Indonesia (UI), Universitas Airlangga (Unair), Institut Pertanian Bogor (IPB), BPPT, LIPI dan Bio farma. “Konsorsium ini megabungkan para ahli dengue untuk melakukan pemetaan dan sinergi riset,” katanya.

Untuk menanggulangi penyakit DBD ini, kata Ghufron akan dilakukan dengan pendekatan One Health yang digulirkan oleh Badan Kesehatan Dunia, WHO. Penanganan penyakit ini dilakukan melalui kolaborasi multidisiplin dan multisektor. “Tidak hanya satu bidang ilmu tapi multi pendekatan bidang ilmu karena penyakit ini bersifat zoonotik,” katanya.

Dekan Fakultas Kedokteran UGM, Prof. Teguh Aryandono mengatakan, di FK UGM beberapa peneliti melakukan riset dalam bidang ini dan bekerja sama dnegan beberapa limba riset di luar negeri seperti Australia dan Perancis. “Pengembangan diagnosis dari aspek klinik juga terus dilakukan,” ujarnya

Advertisement

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif