Jogja
Kamis, 29 Januari 2015 - 17:20 WIB

DEMAM BERDARAH SLEMAN : Januari-Februari Jadi Puncak Kasus

Redaksi Solopos.com  /  Mediani Dyah Natalia  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Ilustrasi fogging atau pengasapan untuk memutus daur hidup nyamuk (JIBI/Harian Jogja/Desi Suryanto)

Demam berdarah Sleman, Dinkes prediksi puncak kasus penyakit ini terjadi saat Januari-Februari.

Harianjogja.com, SLEMAN-Kepala Dinas Kesehatan (Dinkes) Kabupaten Sleman, Mafilindati Nuraini memperkirakan setiap tahun, puncak kasus demam berdarah degue (DBD) terjadi tiap Januari-Februari. Namun, kata dia, awal puncak DBD sebenarnya dimulai sejak Desember.

Advertisement

Iklim yang lembab akibat musim hujan dinilai sangat kondusif sehingga memudahkan perkembangbiakan nyamuk aedes aegypti. Sebagai pencegahan, pihaknya mengimbau masyarakat meningkatkan kewaspadaan. Masyarakat diminta aktif melakukan pemantauan dan tanggap apabila ada anggota keluarga yang tiba-tiba terserang demam.

Jumlah kasus DBD pada Desember 2014 mencapai 47 kasus, sedang selama Januari 2015 terjadi 14 kasus.

“Angka itu belum final, karena kami masih membuka pelaporannya hingga akhir bulan ini,” ucap dokter yang akrab disapa Linda tersebut, saat dihubungi Harianjogja.com pada Rabu (28/1/2015) sore.

Advertisement

Linda menambahkan 14 kasus tersebut juga belum ditambahkan dengan 27 pasien yang ditangani Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Prambanan pada awal tahun ini.

“Kasus yang di RSUD Prambanan itu belum diagnosis akhir, tapi baru diagnosis kerja. Dalam perjalanan perawatan rumah sakit, bisa saja setelah keluar hasil laboratorium komplit dan ada gejala lain yang muncul, ternyata itu bukan DBD,” katanya.

Soal angka kasus kematian akibat DBD di Kabupaten Sleman, tahun ini masih nihil. Sebagai catatan, selama 2014, total terdapat 503 kasus DBD dengan empat kasus kematian. Sementara tahun 2013, dari 736 kasus, terdapat empat kasus kematian.

Advertisement

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif