SOLOPOS.COM - Massa pemuda Desa Wonokromo, Pleret, Bantul dari komunitas pecinta bola, menyampaikan tuntutan mereka melalui tulisan di jalan raya, Rabu (18/11/2015). Mereka menuntut Pemerintah Desa membersihkan lapangan dari stan dan bangunan kegiatan pasar malam. (JIBI/Harian Jogja/Bhekti Suryani)

Demonstrasi Bantul dilakukan komunitas pecinta bola.

Harianjogja.com, BANTUL– Ratusan massa pemuda Desa Wonokromo, Pleret, Bantul yang mengklaim komunitas pecinta bola menggeruduk kantor desa setempat. Mereka geram tidak dapat melakukan latihan sepak bola karena lapangan digunakan untuk pasar malam.

Promosi Sejarah KA: Dibangun Belanda, Dibongkar Jepang, Nyaman di Era Ignasius Jonan

Ratusan massa pemuda itu mendatangi Pemerintah Desa Wonokromo, Pleret, Rabu (18/11/2015) sore. Salah satu pemuda Eko Angga mengungkapkan, massa kecewa karena lapangan Desa Wonokromo saat ini dipenuhi stan dan area permainan pasar malam.

Kegiatan pasar malam itu untuk memeriahkan acara seni budaya Rebo Pungkasan yang kerap digelar di Pleret. Namun sayangnya kata dia, Pemerintah Desa selaku panitia acara Rebo Pungkasan tidak pernah berkoordinasi dengan para pengguna lapangan termasuk komunitas pecinta bola ihwal pendirian stan di dalam lapangan.

“Biasanya kalau mau ada acara seperti ini seperti tahun-tahun lalu, mereka koordinasi. Ini tiba-tiba langsung mendirikan stan. Struktur tanah lapangan jadi rusak. Dulu biasanya stan itu di luar lapangan bukan di dalam lapangan seperti ini,” ungkap Eko Angga Rabu sore.

Padahal kata dia, bulan depan bakal ada kompetisi sepak bola tingkat kabupaten di Bantul. Para pemuda Wonokromo yang tergabung dalam klub sepak bola Ketonggo FC membutuhkan lapangan untuk tempat latihan.

Hariyadi pemuda lainnya mengungkapkan, pihaknya juga kesal karena selama ini tidak pernah ada perhatian dari pemerintah desa untuk merawat lapangan Wonokromo apalagi perhatian kepada komunitas pecinta bola.

“Selama ini perawatan dan kebutuhan apapun kami patungan sendiri. Tidak pernah ada perhatian dari pemerintah desa,” tegas Hariyadi.

Pemerintah desa juga diklaim tidak transparan soal retribusi yang ditarik untuk kegiatan tertentu yang menggunakan lapangan Wonokromo.

“Kami menuntut pemerintah desa ikut menganggarkan biaya perawatan untuk lapangan ini serta turut mendanai kegiatan sepak bola, setidaknya untuk beli air minum saja saat latihan,” katanya. Padahal kata dia, bila Ketonggo FC maju dan berprestasi di luar justru pemerintah desa sendiri yang untung.

Humas Panitia Rebo Pungkasan Mustain mengatakan, pasar malam yang telah buka sejak 15 November itu akan selesai pada 13 Desember. Setelah itu ia berjanji lapangan akan dipulihkan agar dapat digunakan untuk aktivitas sepak bola.

“Tadi sudah disepakati, nanti setelah bersih akan dipulihkan,” kata Mustain.

Sementara Kepala Desa Wonokromo, Pleret Edy Pudjono berjanji bakal menganggarkan sebagian dana desa untuk perawatan lapangan serta mendanai kegiatan olahraga sepak bola di wilayah ini. “Anak-anak tadi sebenarnya cerdas-cerdas, enggak masalah dengan permintaan mereka,” paparnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya