SOLOPOS.COM - Menkes Budi Gunadi Sadikin saat meninjau kegiatan pemeriksaan TBC di Puskesmas Girimulyo I, kapanewon Girimulyo, Kulonprogo, pada Selasa (29/3/2022). (Harian Jogja/Hafit Yudi Suprobo)

Solopos.com, KULONPROGO — Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin menyebut kasus riil TBC di Indonesia sulit diketahui. Padahal, TBC mempunyai potensi penularan cukup tinggi.

Menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), jumlah kasus TBC di Indonesia diprediksi tembus di angka 824.000 orang.

Promosi Timnas Garuda Luar Biasa! Tunggu Kami di Piala Asia 2027

“Angka tersebut merupakan perhitungan dari WHO. Surveilans TBC di Indonesia diperkirakan mencapai angka 824 ribu orang. TBC padahal mempunyai potensi penularan cukup tinggi,” kata Budi usai meninjau kegiatan pemeriksaan TBC di Puskesmas Girimulyo I, kapanewon Girimulyo, Kulonprogo, pada Selasa (29/3/2022).

Baca Juga: Bunuh 2 Wanita, Warga Kulonprogo Divonis Seumur Hidup

Namun, kata Budi, ratusan ribu surveilans TBC di Indonesia tidak pernah terdeteksi selama kurun waktu 10 tahun. Berdasarkan catatannya, kasus TBC di Indonesia menyentuh angka 600.000, kemudian menjadi 500.000, dan turun lagi di angka 300.000 per tahunnya.

Untuk itu, Kemenkes RI tengah berupaya keras untuk menemukan metode yang efektif dalam mengidentifikasi kasus TBC. Sejauh ini upaya deteksi TBC baru menggunakan test Rontgen dan test cepat molekuler (TCM) yang terkadang masih kurang efektif.

“Kasus TBC cukup kompleks ya. Kami sedang mencari cara untuk mendeteksi kasus TBC agar lebih komprehensif. Kita juga sedang memperbaiki diagnosis kasus TBC. Upaya pencegahan dini juga harus cepat dilakukan oleh masyarakat,” terang Budi.

Baca Juga: Ada Kabar Gembira Bagi Warga Jogja! Pemkot Hapus 5 Jenis Denda Pajak

Sebagai informasi, dengan jumlah kasus 824.000 dan kematian 93.000 setiap tahunnya, Indonesia saat ini menempati peringkat ketiga setelah India dan China dalam hal jumlah penderita penyakit tuberkulosis (TBC). Data yang merujuk Global TB Report 2021 ini  menjadi “alarm” karena setiap jam-nya di Indonesia, ada 11 kematian akibat TBC.

Kepala Dinas Kesehatan Kulonprogo Sri Budi Utami mengatakan jawatannya juga kesulitan dalam mendeteksi kasus TBC di Kulonprogo. Banyak masyarakat yang abai terhadap penyakit TBC yang dinilai angka kematiannya lebih tinggi jika dibandingkan Covid-19.

“Kasus TBC itu di Kulonprogo seperti gunung es ya. Kita hanya mengetahui ujungnya saja. Namun, berdasarkan catatan kami kasus TBC di Kulonprogo ini ada di angka sekitar 3 ribu orang. Kasus TBC itu sulit ditemukan ya. Terlebih, pengobatannya juga memakan waktu yang cukup lama,” terang Sri Budi.

Baca Juga: Pencuri Ponsel di Terminal Giwangan Jogja Tertangkap, Begini Modusnya

Untuk itu, jawatannya bekerjasama dengan BKKBN maupun Ikatan Dokter Anak Indonesia terus melakukan skrining TBC di sejumlah kapanewon maupun kalurahan. Meskipun, skrining TBC masih difokuskan terhadap anak yang mempunyai gejala stunting.

“Untuk menemukan kasus TBC pada orang dewasa lebih mudah jika dibandingkan dengan kasus TBC terhadap anak-anak. Jika orang dewasa dengan pemeriksaan darah saja bisa langsung ketahuan ya. Kalau anak-anak memang agak sulit,” tegas Sri Budi.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya