SOLOPOS.COM - Panduan Informasi dan Inspirasi

Arisan Jamban difokuskan untuk 58 warga yang masih menggunakan Jamban Cemplung.

 

Promosi Era Emas SEA Games 1991 dan Cerita Fachri Kabur dari Timnas

Ilustrasi (JIBI/Harian Jogja/Antara)

Ilustrasi (JIBI/Harian Jogja/Antara)

Harianjogja.com, KULONPROGO-Kebutuhan Jamban masih menjadi prioritas warga yang tinggal di Dusun Sebatang, Kulonprogo. Kebanyakan warga yang tinggal di lereng pegunungan Menoreh ini masih menggunakan “Jamban Cemplung” atau melubangi tanah untuk buang air besar.

Jamban Cemplung ini masih dipertahankan sekitar 58 warga di Dusun Sebatang. Mereka masih enggan menggunakan “Jamban Modern” yang menggunakan bak penampungan septic tank. Alasan warga karena musim kemarau daerah ini sering kekurangan air.

Pada 2015 ini Menyapa Indonesia mengajak warga Sebatang untuk membuat “Arisan Jamban”. Arisan Jamban difokuskan untuk 58 warga yang masih menggunakan Jamban Cemplung. Stimulus yang diberikan Menyapa Indonesia pembiayan sebanak 30%.

“Arisan Jamban ini model pembiayaannya ada stimulus sampai 70% dari donator. Sisanya 30% dari warga yang dibangunkan jambannya. Sistem pembayarannya dengan model arisan,” jelas Ketua Program Arisan Jamban, Syafira Amadea di Bale Ayu Timoho, Selasa (8/12/2015).

Syafira mengaku program sanitasi ini memang sangat dibutuhkan warga karena “Jamban Cemplung” telah memberikan dampak buruk bagi kondisi tanah di sana. Termasuk memberikan sumber penyakit bagi masyarakat.

Sistem arisan ini membayar dengan cara mencicil setiap bulannya. Untuk satu jamban modern dengan septic tank ini dibutuhkan dana Rp900.000. Jadi warga yang dibangunkan jambannya ini tinggal membayar Rp270.000. Uang ini bisa dicicil sesuai dengan kemampuan masing-masing warga.

“Biasanya mereka mengumpulkan iuran selama 10 bulan. Semua jamban ini dibangunkan dulu baru mereka melunasi pembayaran 30%,” jelas Syafira.

Syafira mengaku jika jamban belum terbangun ada kemungkinan warga masih enggan merubah kebiasaan “Jamban Cemplung”. Sebab “Jamban Cemplung” pembuatannya sangat gampang, tinggal melubangi tanah di sekitar rumah saja.

“Kami cari sponsor dan donator untuk pembiayaan jamban ini. Uang yang dikembalikan masyarakat kami gunakan untuk pembiayaan sosialisasi kesehatan,” jelas Syafira.

Bicara soal air saat kemarau sudah ada antisipasi dengan membangun beberapa air tadah hujan. Hingga kini tinggal empat RT yang masih belum memiliki aliran air saat musim kemarau.

Perwakilan Warga Sebatang, Triyono mengaku penyediaan air dimusim kemarau sudah ada meskipun belum bisa melayani seluruh warga. Warga sendiri sudah mulai terbiasa dengan jamban modern dan ketersediaan air di wilayahnya.

“Warga sangat antusias dengan program ini. Terlebih manfaatnya langsung bisa dirasakan. Sebab jika menggunakan “Jamban Cemplung” lokasinya harus jauh dari rumah, “Jamban Modern” ini bisa dibangun di belakang rumah persis,” kara Triyono.

Triyono menambahkan program ini arisan sendiri juga mendapat dukungan warga sepenuhnya. Warga mulai sadar akan bahaya “Jamban Cemplung”. Terlebih sebelum dijalankan program ini ada penelitian yang dilakukan dari akademisi.

“Kami suguhkan hasil penelitian pada warga. Mereka yang paham akhirnya mendukung program ini,” kata Triyono.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya