Jogja
Minggu, 20 Oktober 2013 - 12:00 WIB

Diguyur Hujan, Gunungkidul Bersalawat Tetap Semarak

Redaksi Solopos.com  /  Wisnu Wardhana  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - ursyid Salawat Wahidiyah KH.Abdul Latif Majid (berjubah) saat memimpin salawat di Lapangan Kecamatan Ngawen, Gunungkidul, Sabtu (19/10/2013) malam.(JIBI/Harian Jogja/Ujang Hasanudin)

Harianjogja.com, GUNUNGKIDUL–Hujan yang mengguyur wilayah Gunungkidul, tak menyurutkan ribuan jamaah untuk hadir dalam pengajian bertajuk Gunungkidul Bersalawat yang digelar Yayasan Perjuangan Wahidiyah dan Pondok Pesantren Kedunglo, di Lapangan Kecamatan Ngawen, Kabupaten Gunungkidul, Sabtu (19/10/2013) malam.

Pantauan Harian Jogja, jamaah rela berbasah-basah dalam memanjatkan doa dan salawat. Isak tangis jamaah pecah ketika kiai Abdul Latif Majid dari Kedunglo, Kediri, hadir memimpin salawat dan memberikan petuah. Mursyid Salawat Wahidiyah itu memang tokoh sentral bagi pengamal salawat yang berpusat di Kedunglo, Kediri, Jawa Timur.

Advertisement

Sosok Abdul Latif Majid menjadi magnet bagi sebagian umat Islam. Ketika ia hadir di manapun akan menyedot jamaah dari berbagai wilayah. Gunungkidul Bersalawat pun banyak dihadiri jamaah dari Jawa Tengah dan Jawa Timur. Mereka datang rata-rata rombongan menggunakan bus.

Sudaryanto, 33, salah satu pengamal Salawat Wahidiyah asal Godean, Sleman mengaku selalu hadir dalam pengajian Wahidiyah. Setiap kali mengucapkan salawat tanpa terasa air matanya bercucuran. Dia merasa tenang, tidak pernah jenuh baik jasmani maupun rohani. “Ada pengalaman spiritual ketika mengucapkan salawat sehingga tanpa sadar kami menangis,” ucapnya.

Ketua Yayasan Perjuangan Wahidiyah DIY Yusuf Musthofa mengatakan, pengajian nisfussanah tingkat Provinsi tahun ini digelar di Gunungkidul. Yusuf ingin mengajak warga Gunungkidul untuk memperbanyak salawat dan doa. Setelah Gunungkidul, Salawat Wahidiyah dua tahun sekali itu selanjutnya akan digelar di Sleman pada 2015 mendatang.

Advertisement

Salawat Wahidiyah berjamaah juga dilakukan mingguan yang digelar tingkat desa, salawat bulanan tingkat kecamatan, tiga bulan sekali tingkat kabupaten. “Syiar Wahidiyah intinya doa, mengajak warga untuk memperbanyak salawat,” kata Yusuf.

Advertisement
Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif