SOLOPOS.COM - Diajeng 2014, Annisa Hertami Kusumastuti (JIBI/Harian Jogja/Arief Junianto)

Harianjogja.com, SLEMAN—Tak banyak perubahan ekspresi, ketika pembawa acara menyebut nama keduanya sebagai pemenang pertama Dimas Diajeng Jogja 2014. Di panggung Open Theatre Ramayana Ballet, kompleks Candi Prambanan, Senin (1/9/2014) malam, Annisa Hertami Kusumastuti dan Sulfambara Rahmat Arsyad dinobatkan sebagai Dimas Diajeng Jogja 2014, menyisihkan 14 pasang peserta lainnya.

Semula tak banyak orang yang mengenal Annisa Hertami Kusumastuti, sebelum wajah gadis berwajah eksotis ini nampang di film Soegija yang dirilis 2012 lalu. Di film besutan Garin Nugroho itu, Nisa, sapaan akrabnya, berperan sebagai Mariyem, seorang perawat di masa penjajahan Belanda. Perannya yang luwes dan njawani membuatnya sangat dominan dalam film tersebut.

Promosi Vonis Bebas Haris-Fatia di Tengah Kebebasan Sipil dan Budaya Politik yang Buruk

Setidaknya itulah yang membuat dara yang sehari-harinya bekerja sebagi newsreader lokal di salah satu stasiun televisi nasional tersebut berhasil menyabet sejumlah penghargaan bertaraf nasional di bidang seni peran. Namanya kian melejit ketika ia berhasil menyabet predikat sebagai Diajeng

Kota Jogja 2013. Sejak itu, sulung dari dua bersaudara ini kian sibuk menjalani hari-harinya sebagai duta wisata Kota Jogja sekaligus newsreader. Terlebih ketika ia memasuki proses pemilihan Dimas Diajeng Jogja 2014. Nisa mengaku tak pernah membayangkan melakoni kehidupan seperti yang digelutinya saat ini. Bahkan ketika masih kecil, ia menganggap dunianya kini adalah dunia yang untouchable, dunia yang tak tersentuh oleh gadis kecil biasa seperti dirinya.

“Tapi setelah saya dewasa, ada sebuah proses yang panjang untuk bisa sampai ke dunia yang sekarang saya geluti. Proses itulah yang jauh lebih berharga daripada hasil akhir yang saya dapatkan,” tutur gadis kelahiran Magelang, 7 Oktober 1988 itu.

Kini dengan menyandang status sebagai Diajeng Jogja, ia mengaku telah memasuki dunia baru yang lain lagi. Meski tak sama sekali baru, namun setidaknya ia masih harus banyak belajar lagi.

“Saya hanya ingin melakukan apapun yang terbaik, membiasakan dari diri saya sendiri, barulah saya akan melakukannya untuk Jogja. Lagipula, Diajeng Jogja bukan cuma saya, 29 finalis lainnya juga merupakan Dimas Diajeng Jogja. Kami adalah teamwork,” katanya merendah.

Hal senada juga disampaikan Sulfambara Rahmat Arsyad, atau akrab disapa Bara. Berkat kemampuan yang dimiliki, mahasiswa Akademi Komunikasi Radya Binatama (AKRB) Jogja ini sukses meraih gelar tertinggi, Dimas Diajeng Jogja 2014. Dengan bekal kemampuan public speaking yang dimilikinya, Bara selalu terlihat percaya diri dan tidak canggung bila berada dan berbicara di depan umum.

“Dengan rasa percaya diri, tidak pernah berhenti belajar dan menghilangkan rasa minder. Di tempat saya kuliah, saya dapat banyak ilmu baik public speaking, presenter dan masih banyak lagi keilmuan yang bersifat aplikatif yang menambah kemantapan saya untuk meraih prestasi”, ungkapnya seusai acara.

Pelaksana tugas (Plt) Kepala Dinas Pariwisata DIY, Didik Purwadi, menaruh ekspektasi yang besar terhadap perkembangan generasi muda di DIY. Ia menilai maraknya budaya global yang menggerus moral generasi muda bangsa, bisa perlahan dikikis dengan bermunculannya para pemuda berkualitas baik secara intelektual maupun moral. Dia berharap Dimas Diajeng Jogja 2014 bisa mengemban misi besar itu.

“Tak hanya sebagai duta wisata, tapi juga sebagai generasi muda yang bisa bermanfaat untuk masyarakat luas, terutama Jogja. Generasi muda seharusnya bisa berpola pikir global, namun tetap berbasis budaya lokal,” tuturnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya