SOLOPOS.COM - Ilustrasi (JIBI/SOLOPOS/dok)
JOGJA—Sejumlah pedagang di pasar Beringharjo was-was dilanda banjir memasuki musim hujan. Lorong pasar Beringharjo sebelah timur kerap menjadi langganan banjir saat hujan.
Area langganan banjir paling parah berada di sebelah timur tempat jualan barang-barang logam, perhiasan emas dan kaset bekas. Lorong sempit yang tembus ke Jalan Raya Malioboro itu letaknya lebih rendah dibanding area lainya. “Jadi air dari Jalan Malioboro dan juga dari timur gabung ke sini belum lagi hujan dari atas,” tutur Feri salah seorang pembeli emas yang sudah mangkal di sana sejak 1998.
Sedianya kata Feri ada gorong-gorong besar sepanjang lorong yang dibangun dari zaman Belanda. Dahulu tinggi gorong-gorong hingga tiga meter namun kini mengeceil tertutup tanah dan pasir. Banjir yang menggenangi area lorong akan mengalir ke gorong-gorong lewat lubang-lubang kecil. Parahnya kata dia, gorong-gorong ini sering sumbat karena sampah.
Winda pembeli emas lainnya menuturkan, saat banjir tinggi air hingga ke paha orang dewasa. Bahkan tak jarang banjir meluap memasuki area dalam pasar Beringharjo. Kalau sudah parah seperti itu, para pedagang berama-ramai membongkar saluran air agar arus lancar. Selama ini, para pedagang hanya bekerja gotong royong tanpa intervensi pengelola pasar. “Selama ini dibersihkan sendiri nggak ada kalau dari pemerintah,” tuturnya.
Tak hanya kerap dilanda banjir, area lorong sempit itu kerap dijadikan toilet umum para penghuni Malioboro. Lantaran tak ada toilet umum yang buka pada malam hari. “Coba saja kalau datang pagi-pagi bau pesingnya minta ampun. Sering dijadikan tempat kencing. Karena WC dalam pasar sudah ditutup kalau malam, nggak ada WC umum yang buka malam hari,” ungkapnya.