SOLOPOS.COM - Ilustrasi (JIBI/Harian Jogja/Antara)

JIBI/Harian Jogja/Antara
Ilustrasi

Harianjogja.com, BANTUL -Pengelola angkutan kesulitan menyediakan sarana yang aman dan nyaman karena penghasilan dari bisnis ini terus merosot seiring beralihnya masyarakat menggunakan kendaraan pribadi.

Promosi Mi Instan Witan Sulaeman

“Jumlah penumpang menurun, penghasilan mereka juga menyusut,” jelas Kepala Bidang (Kabid) Angkutan Dinas Perhubungan Bantul, Sukamta, Senin (29/7/2013).

Ia menyebutkan saat ini rata-rata load factor (keterisian penumpang) kendaraan umum di Bantul tinggal 44% di semua jurusan, kecuali jalur Parangtritis yang masih mencapai 70%.

Akibat penurunan penghasilan, pemilik angkutan umum sering mengabaikan keselamatan dan sering menggunakan peralatan tidak standar.

Dari sisi jumlah armada juga mengalami penurunan. Angkutan perbatasan dari 104 armada yang ada, saat ini yang beroperasi tinggal 78 buah. Sementara angkutan pedesaan semula 76 armada yang beroperasi tinggal 56 armada.

Kepala Dinas Perhubungan Bantul, Edy Susanto mengatakan, bagaimanapun keselamatan penumpang adalah yang utama. Untuk itu pengawasan harus diperketat lagi. Terutama jelang Lebaran seiring meningkatnya mobilitas warga.

Untuk memastikan keamanan tersebut, dalam uji petik dilakukan pemeriksaan terhadap peralatan serta surat-surat kendaraan. Seperti rem, persneling, ban, lampu, buku KIR dan izin trayek.

Bagi pemilik kendaraan yang tak lolos uji petik akan diberi surat peringatan. Sedangkan bagi yang lolos ditempel stiker layak jalan. “Antisipasi keselamatan dan kenyamanan angkutan umum perlu dilakukan sedini mungkin,” katanya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya