Jogja
Minggu, 6 November 2016 - 07:20 WIB

Duh, Warga Kulonprogo Masih Gunakan Air Hujan untuk Minum

Redaksi Solopos.com  /  Nina Atmasari  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Ilustrasi sumur (Dailymail.co.uk)

Sebagian warga Kulonprogo masih menggunakan air hujan untuk minum

Harianjogja.com, JOGJA- Mayoritas masyarakat di Kabupaten Kulonprogo masih menggunakan sumber air utama yang tidak terlindungi untuk minum dan memasak, diantaranya dari air hujan.

Advertisement

“Masyarakat Kulonprogo masih menggunakan air tak terlindungi untuk memasak dan minum,” ujar Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) Bambang Kristianto di Jogja, Sabtu (5/11/2016), seraya menyebutkan data itu berdasarkan survei Statistik Lingkungan Hidup DIY 2015/2016.

Terdapat tiga sumber air utama yang digunakan masyarakat di Kulonprogo, yakni sumur tak terlindung sekitar 7,77% rumah tangga di Kulonprogo menggunakannya untuk kegiatan masak memasak, dan sekitar 8,02% rumah tangga menggunakannya untuk minum.

Kedua, lanjutnya, mata air terlindung sebanyak 12,57% rumah tangga menggunakannya untuk kegiatan memasak.

Advertisement

Ketiga, sumber dari mata air tak terlindung sebanyak 2,13% rumah tangga masih menggunakannya untuk memasak.

Selanjutnya, kata dia, ada sebanyak 13,90% rumah tangga yang menggunakan sumber dari mata air, sungai, air hujan, dan lainnya, untuk minum.

Ia mengatakan, kualitas air yang layak dikonsumsi masyarakat dalam kehidupan sehari-hari merupakan hal penting untuk segera dipenuhi, sebab air mempunyai peranan penting dalam metabolisme tubuh.

Advertisement

“Semakin banyak penduduk yang menggunakan air bersih, mengindikasikan bahwa kesehatan masyarakat semakin baik,” terang Bambang, seperti dikutip dari Antara.

Menanggapi itu, Pengamat Kebijakan Publik Bidang Kesejahteraan Rakyat dari Universitas Indonesia (UI) Sri Handiman menilai, penggunaan air hujan dan sumber air tak terlindungi untuk aktifitas minum dan memasak, sangat berpengaruh pada kualitas kesehatan masyarakat.

Sebab, kata dia, berdasarkan data BPS tercatat bahwa kualitas air dan sumber air di DIY sudah terkontaminasi bakteri e-coli hingga mencapai 89%. Bahkan, saluran untuk sumber air tersebut pun sudah tercemar bakteri e-coli.

“Karena itu, menjadi sangat berbahaya bagi kesehatan warga yang menggunakan sumber air tak terlindungi dan air hujan untuk konsumsi minum serta memasak. Pemerintah daerah harus serius memerhatikan kesulitan warganya, khususnya soal ketersediaan sumber air bersih,” tandas Handiman.

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif