SOLOPOS.COM - Salah satu penjual bunga Edelweis di Merapi (JIBI/Harian Jogja/Joko Nugroho)

Salah satu penjual bunga Edelweis di Merapi (JIBI/Harian Jogja/Joko Nugroho)

SLEMAN—Sebagian warga di lereng Merapi kini bisa bercerita dengan santai soal kedahsyatan awan panas alias wedus gembel yang menerjang 2010 lalu. Kemampuan warga menerima bencana itu diperkuat dengan mulai pulihnya kawasan lereng Merapi.

Promosi Piala Dunia 2026 dan Memori Indah Hindia Belanda

Hamparan pasir di kawasan terdampak erupsi kini sudah mulai menghijau. Bahkan jalur pendakian di wilayah Dusun Kalitengah Lor, Glagaharjo, Cangkringan, mulai ditumbuhi edelweis atau Anaphalis javanica.

Bunga yang awet meski hanya memiliki warna utama putih cenderung abu-abu itu juga diburu wisatawan sebagai cenderamata. “Lumayan untuk menambah pendapatan keluarga. Tapi bunga ini paling sulit untuk ditanam jadi hanya mengandalkan suguhan dari alam,” ujar Sartono, 40, salah satu penjual bunga beberapa waktu lalu.

Meskipun sifatnya musiman, kata Tono, berjualan bunga edelweis dirasakan cukup menjanjikan. Saat musim kemarau seperti saat ini, ia sanggup menjual sebanyak 10 ikat bunga. Karena laris itu pula maka tak heran di lokasi itu kini setidaknya ada 20 pedagang bunga sejenis.

Jika sedang ramai pengunjung, setiap pedagang paling banyak mampu menjual 15 hingga 20 ikat bunga setiap harinya. Terutama pada puncak kunjungan yang biasanya jatuh pada akhir pekan. “Kami di sini juga menyediakan bunga Sataria yang hanya bisa ditemukan di Merapi,” kata Tono sambil menjelaskan untuk satu ikat edelweis dijual Rp20.000.

Pedagang lain, Yani, 31, mengatakan memilih menjual bunga abadi dibandingkan menjajakan makanan. Selain laris manis, dia juga tak perlu khawatir saat barang dagangannya tidak habis. “Kalau makanan pusing ngolah makanan setiap tidak habis terjual. Jika berjualan bunga edelweis, tidak laku agak santai karena memang awet bunganya,” kata Yani.

Yani mengaku setiap hari hasil dari menjual bunga edelweiss ini keuntungan bisa mencapai Rp50.000. “Ini belum kalau ada pesanan untuk rias manten, kami bisa libur beberapa hari,” lanjutnya.

Baik Tono maupun Yani mengaku berjualan edelweis ini menjadi sumber penghasilan utama setelah erupsi Merapi 2010 menghanyutkan ladang dan ternaknya. Meski demikian harapan kehidupan lebih baik muncul setelah edelweis kembali tumbuh di Merapi. Bunga abadi itu menurutnya pertanda keterpurukan perlahan bisa ditinggalkan.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya