Gunung Agung awas, pendapatan perajin Jogja terganggu.
Harianjogja.com, JOGJA— Status Gunung Agung yang dinaikkan menjadi awas turut membawa dampak pada pendapatan pelaku ekonomi di DIY. Pendapatan perajin di
DIY ikut tersendat lantaran pariwisata di Bali terganggu.
Perajin topeng lukis di Bobung, Gunungkidul, harus menunggu lebih lama untuk mendapatkan uang hasil penjualan produk kerajinannya di Bali. Maryati, salah satu perajin mengatakan, setidaknya ia mengalami
gangguan pembayaran sejak September. “Biasanya sekali kirim [topeng kayu ke Bali], selang tiga hari setelah pengecekan langsung dibayar. Tapi sekarang dua kali pengiriman baru dibayar,” katanya pada Harian
Jogja, Rabu (25/10/2017).
Pihaknya menjelaskan, saat ini kondisi pariwisata di Bali sedang tidak kondusif. Banyak wisatawan yang akhirnya menunda perjalanan wisatanya ke Bali karena kondisi Gunung Agung yang berstatus awas. Menurunnya
kegiatan pariwisata di Bali tersebut membuat pendapatan pedagang suvenir ikut menurun. Beberapa suvenir ada yang didatangkan dari Jogja seperti topeng lukis sehingga perajin Jogja juga ikut terimbas.
Biasanya, dalam sebulan ia bisa mengirim topeng lukis ke Bali sampai dua kali. Sekali kirim sekitar lima boks atau minimal 100 topeng. Topeng yang dikirim tersebut berukuran S-XL. Untuk satu pemesan, sekali transaksi bisa mencapai Rp20 juta. “Pasar Bali itu 40 persen
sendiri. Bali itu yang sebenarnya kami andalkan,” katanya.
Kendati pembayaran tersendat tetapi ia harus tetap berproduksi untuk memenuhi pesanan dari daerah lain. “Istilahnya pendapatan [dari luar daerah] untuk menutupi dulu [utang] yang dari Bali,” katanya.