SOLOPOS.COM - Putri Melati Kusumaningrum dengan bisnis yang dikembangkannya (Holy Kartini N.S./JIBI/Harian Jogja)

Ekonomi kreatif kali ini memanfaatkan bahan yang ada di sekitar

Harianjogja.com, JOGJA — Hobi membuat prakarya berbahan baku tepung dari sejak duduk di bangku sekolah menengah pertama, membuat Putri Melati Kusumaningrum, membuka usaha kerajinan clay yang diberi label Sisterclay. Kini, usaha yang telah memiliki delapan pegawai ini selalu laris dipesan untuk keperluan pernikahan, kelulusan maupun ulang tahun.

Promosi 204,8 Juta Suara Diperebutkan, Jawa adalah Kunci

Putri, demikian biasa dia disapa mengatakan clay pertama yang dibuatnya terbuat dari tepung terigu. Berawal dari pernak-pernik unik dan menarik yang dijual di toko aksesoris, Putri lalu mencari tahu cara membuatnya.

“Lalu, saya mulai cari tahu cara bikinnya di internet. Bahannya, dari tepung terigu yang biasa dipakai buat kue oleh ibu. Dari coba-coba, akhirnya jadi gantungan kunci dan saya bawa ke sekolah,” ujar Putri, Jumat (14/4/2017).

Putri Melati Kusumaningrum dengan bisnis yang dikembangkannya (Holy Kartini N.S./JIBI/Harian Jogja)

Putri Melati Kusumaningrum dengan bisnis yang dikembangkannya (Holy Kartini N.S./JIBI/Harian Jogja)

Sebuah gantungan kunci kala itu dijualnya dengan harga Rp25.000. Selepas lulus dari sekolah menengah atas pada 2010 lalu, Putri mengambil kuliah di Jogja. Meski hijrah dari Jakarta ke Jogja, usaha ini tetap dijalankan Putri. Bahkan, usaha ini tetap dijalankan ditengah kesibukannya menempuh kuliah di dua kampus berbeda.

Usaha yang dimodali dengan uang tabungan dan sebagian hasil penjualan gantungan kunci itu mulai merambah ke berbagai produk salah satunya clay frame. Clay frame berisi karakter-karakter lucu yang dibuat dengan menyesuaikan pesanan para pelanggan SisterClay.

“Pemesannya paling banyak mahasiswa, biasanya untuk bingkisan atau hadiah wisuda dan ulang tahun. Mama muda juga banyak, biasanya minta dibuatkan untuk anaknya yang masih bayi,” ungkap Putri.

Promosi yang dilakukan Putri untuk produknya sebagian besar masih melalui sosial media seperti Instagram lalu didukung promosi melalui Line dan Whatsapp. Bahkan, kini bahan baku untuk produknya tidak lagi menggunakan tepung terigu dan lem, tetapi dari bahan khusus yang biasa dipakai untuk pembuatan keramik.

Harga per frame untuk ukuran tersebut dilego Rp230.000 dan untuk ukuran 20×25 sentimeter dijual seharga Rp250.000. Dalam sebulan, sedikitnya omzet yang diperoleh mahasiswi yang juga mengambil jurusan Manajemen di UPN Jogja ini mencapai Rp40 juta sampai lebih dari Rp70 juta.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya