SOLOPOS.COM - Model memeragakan baju karya rancangan Lulu Lutfi Labibi di Gedung Societet Militer, Taman Budaya Yogyakarta (TBY) Yogyakarta, Sabtu (30/7/2016) malam. Karya rancangan desainer Lulu Lutfi Labibi menggandeng siswa SMKN 2 Gedangsari, Gunungkidul membuat batik bermotif flora dan fauna khas Gedangsari yang digunakan dalam pegelaran busana tersebut. Batik dengan motif daun pisang, pohon bambu, bunga sepatu, dan burung sangat apik berpadu dengan lurik maupun jenis kain lainya.(Desi Suryanto/ JIBI/Harian Jogja)

Ekonomi kreatif berikut dibidang fashion.

Harianjogja.com, JOGJA — Siswa SMK 2 Gedangsari, Gunungkidul, baru saja menorehkan prestasi terbaiknya dalam dunia fashion. Bersama desainer kondang Lulu Lutfi Labibi, kain batik karya mereka dipamerkan dalam gelaran fashion show di gedung Sosietet, Sabtu (30/7/2016).

Promosi Strategi Telkom Jaga Jaringan Demi Layanan Telekomunikasi Prima

Berbeda dari karya sebelumnya yang selalu mengangkat material lurik, kali ini Lulu mengkreasikan batik motif flora dan fauna dalam busana rancangannya. Kain batik yang ia gunakan saat ini menurutnya merupakan hasil olah kreatif para siswa. Motif yang dimunculkan belum pernah terpikirkan sebelumnya oleh Lulu.

Penemuan motif-motif baru ini bermula saat siswa diminta menyajikan motif batik inspirasi dari lingkungan sekitar. Lulu meminta mereka melihat objek yang pertama kali ditemui saat bangun tidur.

“Kalau melihat jati, apa menariknya. Kalau pisang apa menariknya, lalu muncul ide motif pelepah pisang yang dipotong dan kelihatan seratnya,” kata Lulu, Sabtu.

Selain motif pelepah pisang, para siswa juga menciptakan motif semut makan pisang. Lulu mengatakan, saat siswa mengikuti proses kreatif ini, mereka mampu memberikan hasil yang segar dan orisinil yang mampu menarik perhatian pasar batik.

Lulu memberikan pendampingan kepada para siswa sejak satu tahun yang lalu. Ia memberikan workshop, baik di dalam sekolah maupun di luar sekolah. Selama belajar batik bersama siswa Gedangsari itu, banyak hal tak terduga yang ia temui.

“Yang menurut orang itu produk gagal tapi justru memiliki nilai plus,” kata dia. Seperti penggunaan parafin yang biasanya diremuk, oleh tangan para siswa hanya dicelup begitu saja.

Pada pagelaran busana malam itu, Lulu menghadirkan karya yang menggunakan teknik draperi. Karyanya mengeksplorasi batik kolaborasi yang dikombinasikan kain lurik, tenun Kupang maupun katun bordir motif bunga. Sebanyak 90 karya ditampilkan dengan desain yang beragam, mulai celana, rok, jumpsuit, dress, atasan, hingga jaket.

SMK 2 Gedangsari sendiri merupakan sekolah binaan Yayasan Pendidikan Astra. Selaku ketua yayasan, Arieta Andrianti mengungkapkan kebanggaannya  terhadap siswa binaannya. “Ternyata banyak siswa Gedangsari yang punya kreativitas. Harapannya dari Gedangsari ada yang menyaingi Lulu,” tuturnya.

Yayasan Pendidikan Astra akan membantu dalam hal promosi dan penjualan dengan mengikutsertakan batik karya siswa SMK 2 Gedangsari pada even pameran seperti Inacraft. Yayasan juga membantu memasarkan produk di internal Astra.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya