SOLOPOS.COM - Desainer Jogja Isyanto berfoto bersama para perempuan Lions Club Yogyakarta Manggala Mataram yang mengenakan kebaya karyanya, Kamis (21/4/2016). (Bernadheta Dian Saraswati/JIBI/Harian Jogja)

Ekonomi kreatif kali ini mengenai bisnis busana.

Harianjogja.com, JOGJA-Bisnis pakaian kebaya dari kain brokat sudah biasa. Namun bisnis kebaya yang murni mengandalkan kerajinan tangan termasuk luar biasa. Jalan inilah yang dipilih Isyanto, salah satu perancang atau desainer kebaya asal Jogja dalam memunculkan karakteristik usahanya.

Promosi Antara Tragedi Kanjuruhan dan Hillsborough: Indonesia Susah Belajar

Pria berperawakan kecil yang lekat dengan jas hitam dan sarungnya ini telah memulai karir sejak 1985. Selama ini ia cukup idealis dalam menampilkan rancangannya. Ia memilih mengutamakan hand made dalam memberi sentuhan bunga-bunga pada kebayanya.

“Saya maunya yang orang tidak buat,” ucapnya saat ditemui di The 1O1 Yogyakarta Tugu Hotel saat memamerkan puluhan karyanya dalam peringatan Kartini Day, Kamis (21/4/2016).

Dirinya mengakui sangat idealis dalam hal merancang busana. Menurutnya hal ini wajar bagi desainer dalam rangka menghasilkan karya yang berbeda dari produk lainnya.

Untuk merancang sebuah kebaya, ia hanya membutuhkan kain tile polos yang nilainya sekitar Rp25.000 hingga Rp40.000 per meter. Namun dari kain yang murah itu kemudian disulap menjadi kain bernilai tinggi.

Kain tile itu mulai ia beri sentuhan payet berupa manik-manik jenis pasir, padi, bambu, piring, dan masih banyak lagi. Ia juga tak pernah lupa menyematkan aksen bordir pada rancangannya. Meski peruntukannya untuk kebaya cocktail dan evening, ia selalu memberikan keindahan kebaya menggunakan seni bordir. Ciri khas ini yang menjadikannya banyak dikenal di kalangan desainer sebagai spesialis bordir.

Untuk membordir rok jarit, ia membutuhkan waktu lama untuk membuat lubang-lubang bordir.

“Harga tergantung bordirannya. Apakah krawangannya [lubang bordir] rumit atau tidak,” ujar dia.

Ia mencontohkan, untuk membuat krawangan bordir sendiri setidaknya membutuhkan waktu tiga minggu. Total waktu pengerjaan sampai finishing sekitar satu bulan.

“Saya jual Rp2,9 juta sampai Rp3 juta,” ungkapnya.

Karena semua hasil karyanya hand made, Isyanto pun tidak menyewakan koleksinya. Ia berkarya untuk bisnis, untuk diperjualbelikan.

“Barang hand made takut rusak kalau disewakan,” imbuh desainer yang aktif dalam Indonesian Fashion Chamber ini.

Isyanto menyebut, sebagai salah satu lulusan Sekolah Menengah Seni rupa (SMSR), ia suka menonjolkan unsur seni. Permainan payet dan bordir adalah seni baginya sehingga ia pun terus menjaga kemampuannya agar menguatkan predikat desainer yang berkarakter.

Dalam sebulan, setidaknya ia mampu menghasilkan 20 potong kebaya. Ada pula blouse ready to wear sebanyak 15 potong yang ia jual mulai Rp500.000 sampai Rp3 juta.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya