SOLOPOS.COM - Batik hasil karya warga binaan Unesco dipamerkan di Tirana House Kotabaru mulai 2 Juni sampai 31 Juli 2016. (Bernadheta Dian Saraswati/JIBI/Harian Jogja)

Ekonomi kreatif diharapkan juga dirasakan warga sekitar.

Harianjogja.com, JOGJA — Warga di sekitar candi perlu diberdayakan untuk meningkatkan perekonomian. Jangan sampai hanya menyaksikan wisatawan hilir mudik mengunjungi candi, tetapi mereka juga harus mengambil peluang bisnis dari rutinitas tersebut.

Promosi Pembunuhan Satu Keluarga, Kisah Dante dan Indikasi Psikopat

“Jangan sampai mereka hanya menjadi objek tapi sudah harus menjadi subjek. Caranya dengan membuat batik motif relief candi,” kata salah satu perwakilan Balai Pelestarian Cagar Budaya (BPCB) Jawa Tengah Wahyu Astuti saat membuka Pameran Batik Lokal Binaan Unesco, Kamis (2/6/2016).

Pembuatan batik motif relief candi sudah dimulai oleh Unesco, organisasi Perserikatan Bangsa-Bangsa yang memiliki perhatian pada pelestarian budaya. Sejak satu tahun lalu, Unesco telah mendampingi warga di sekitar candi Borobudur, Prambanan, dan Candi Ijo untuk memproduksi kain batik dengan motif yang mengeksplorasi lingkungan sekitar.

Masyarakat di sekitar Candi Sojiwan Prambanan menciptakan kain dengan motif binatang seperti yang tertera dalam relief.

“Ada motif monyet, burung gagak, ular, kepiting, angsa, dan kambing,” kata warga binaan Unesco , Hendra Pram, dari Dusun Kebon Dalrm Kidul Prambanan.

Dalam sebulan, ia dan 13 temannya mampu membuat 13 potong kain batik. Kain tersebut dijual mulai Rp250.000-Rp660.000 kepada para wisawatan yang berwisata ke Candi Sojiwan maupun di desa wisata di dekat candi tersebut. Prmbeli tidak hanya dari kalangan wisatawan tetapi juga kolektor kain batik.

“Otomatis kegiatan ini akan meningkatkan perekonomian karena pendapatan kami jadi bertambah. Semoga masyarakat lain juga akan bergabung,” kata Hendra.

Batik produksi para warga binaan Unesco dipamerkan di Tirana House Kotabaru hingga 31 Juli 2016. Project Coordinator Unesco Jakarta Diana mengatakan, acara pameran ini serangkaian proses yang dilakukan Unesco sejak 2013. Selain memberi pendampingan dan prlatihan tentang cara membatik, warga binaan juga dilatih dalam bidang pemasaran.

“Terakhir mereka [warga binaan Unesco] kami ikutkan pameran di Inna Garuda. Kami mencoba antarkan komunitas ini from zero to hero,” tandasnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya