SOLOPOS.COM - Ilustrasi aktivitas ekspor melalui pelabuhan (JIBI/Bisnis Indonesia/Andi Rambe)
Ekspor Indonesia pada tahun 2016 mengalami penurunan
Harianjogja.com, JOGJA–Secara keseluruhan nilai ekspor Indonesia periode Januari – Desember 2016 menurun 3,95% dari periode yang sama pada 2015 (Badan Pusat Statistik). Namun nilai ekspor DIY meningkat, dari 2015 sebesar 242,47 juta US$ menjadi 252,18 juta US$ pada 2016.
Kepala Bidang Perdagangan Luar Negeri Disperindag DIY, Rahayu Sri Lestari mengatakan peningkatan nilai ekspor tersebut dikarenakan pelaku usaha di DIY didominasi oleh Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM). “90 persen dari kita itu UMKM jadi tidak mudah terhempas isu global,” ujar dia pada Senin (27/3/2017).
Menurut Rahayu penurunan ekspor Indonesia disebabkan banyak komoditi migas yang anjlok pada 2016. Sedangkan mayoritas komoditas ekspor DIY adalah nonmigas dan jarang terdapat pabrik besar di sini, sehingga ketahanannya lebih tinggi. Apalagi menurutnya, kebijakan Pemda sangat pro UMKM. “Kami selalu menganggap pengusaha sebagai mitra. Jika mereka berhasil artinya ikut mengangkat ekonomi daerah dan menyerap tenaga kerja,” kata dia.
Meskipun meningkat bukan berarti perdagangan dan perindustrian di DIY bebas dari kendala. Rahayu mengatakan dengan sistem otonomi daerah, banyak peraturan daerah yang tidak sejalan dengan peraturan pusat. Selain itu lahan yang dimiliki Jogja terbatas, tidak memiliki pelabuhan muat sendiri, dan infrastuktur penghubung antar daerah kurang memadai. Namun ia menegaskan Disperindag mendukung program pemerintah untuk penguatan bidang perindustrian dan perdagangan dalam negeri sekaligus mendorong kemajuan ekspor luar negeri.
Kasi Pengembangan Ekspor Disperindag DIY, Masitoh mengatakan akan selalu mengimbangi pembangunan infrastruktur dengan penguatan Sumber Daya Manusia (SDM) melalui pemeran produk, training of exportir, dan penguatan jejaring bisnis yang dilakukan secara rutin. “Bahkan di pameran INACRAFT tahun ini kita [DIY] akan jadi Icon Inacraft,” kata dia.