SOLOPOS.COM - Ilustrasi gizi buruk (JIBI/Solopos/Dok.)

Harianjogja.com, SLEMAN–Gizi kurang maupun buruk masih saja diderita ribuan bayi di Indonesia, tak terkecuali DIY. Kasus ini tidak melulu berkaitan dengan kemiskinan. Kebanyakan malah disebabkan ketidakpedulian orang tua mengenai nutrisi.

Ketua Departemen Gizi Kesehatan Fakultas Kedokteran UGM Toto Sudargo mengatakan jenjang kecukupan gizi terbagi dalam gizi baik, kurang dan buruk. Asupan gizi memengaruhi tubuh dalam bentuk obesitas, kegemukan, normal, kurus dan sangat kurus.  “Stunting [tubuh pendek] termasuk gizi buruk,” ujar dia di rumahnya, Rabu (24/1/2018).

Promosi Championship Series, Format Aneh di Liga 1 2023/2024

Anak-anak yang menderita gizi buruk biasanya kekurangan salah satu jenis nutrisi. Jika kurang protein, anak menjadi sangat kurus, tulang-tulang iga sampai terlihat, lalu ada atrofi atau penyusutan otot dan lemak. “Ini disebut marasmus. Kalau perutnya membesar dan ada edema ini disebut kwashiorkor atau karena kekurangan energi,” ujar dia.

Berdasarkan data dari Kementerian Kesehatan, daerah yang masuk tiga besar gizi buruk di Indonesia adalah Sulawesi Barat, Nusa Tenggara Timur dan Papua. Menurut dia, komoditas pangan dari laut yang tak diimbangi dengan bahan makanan lain menjadi persoalan besar sehingga gizi buruk tetap terjadi di kawasan itu.

Meski wilayah Indonesia bagian timur berada di peringkat atas gizi buruk, Toto menyatakan bukan berarti kota besar seperti DIY terbebas dari kasus ini. Setidaknya 2%-5% anak di perkotaan mengalami kurang gizi dan 0,5% anak gizi buruk.

Berita selengkapnya baca di Koran Harian Jogja edisi Senin (29/1/2018) atau di epaper.harianjogja.com

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya