SOLOPOS.COM - Gubernur DIY Sri Sultan HB X meresmikan peluncuran Pameran Jogja International Furniture and Craft Indonesia Fair (Jiffina) 2018 di The Kasultanan Ballroom, Royal Ambarrukmo Yogyakarta Hotel, Jumat (26/1/2018). (Holy Kartika N.S/JIBI/Harian Jogja)

Ekspor produk kerajinan dan mebel nasional masih rendah, bahkan tahun lalu tidak memenuhi target US$2 miliar.

Harianjogja.com, JOGJA-Ekspor produk kerajinan dan mebel nasional masih rendah, bahkan tahun lalu tidak memenuhi target US$2 miliar. Pembangunan infrastruktur dan maraknya perkembangan hotel menjadi potensi yang dapat dilirik untuk dapat memasarkan produk kerajinan dan mebel.

Promosi Strategi Telkom Jaga Jaringan Demi Layanan Telekomunikasi Prima

Hal itu disampaikan Gubernur DIY Sri Sultan HB X saat meluncurkan secara resmi pameran Jogja International Furniture and Craft Fair Indonesia (Jiffina) 2018 di Royal Ambarrukmo Yogyakarta, Jumat (26/1/2018) malam. Sultan mengatakan ekspor kerajinan dan mebel nasional 2017 hanya mencapai US$1,3 miliar.

“Persaingan pasar ekspor ini masih didominasi oleh Tiongkok, bahkan masih kalah dari kompetitor kita [Indonesia] yakni Malaysia dan Vietnam,” ujar Sultan.

Salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk menggenjot penjualan produk kerajinan dan mebel nasional, yakni dengan melirik pasar domestik. Pasar ini, kata Sultan, selama ini masih belum tergarap secara optimal.

Sultan mengatakan strategi yang dapat dilakukan untuk memasarkan produk kerajinan dan mebel secara lebih luas dapat melalui kerjasama di semua sektor.

“Agar dapat memasok kebutuhan mebel dan kerajinan untuk departmen, kondotel atau hotel-hotel baru. Peluang ini mestinya terbuka, karena kini pembangunan hotel semakin marak,” ungkap Sultan.

Hal itu, kata Sultan, berkaitan dengan akan dibukanya New Yogyakarta International Airport (NYIA) di Kulonprogo. Di samping itu, adanya perluasan bandara di beberapa lokasi di Jawa, serta pembangunan kawasan wisata Borobudur seluas lebih dari 600 hektare, menjadi peluang untuk pengembangan pasar domestik bagi produk kerajinan dan mebel.

“Untuk itu, dalam rangka pembangunan tersebut, inovasi dan kreasi adalah kunci agar mebel dan kerajinan ini ke depan dapat menyesuaikan selera konsumen, serta upaya untuk mengantisipasi serbuan produk asing dengan adanya era perdagangan bebas,” jelas Sultan.

Sultan berharap diselenggarakannya pameran Jiffina 2018 yang akan diselenggarakan pada 10-13 Maret 2018 mendatang dapat semakin menampilkan produk-produk kerajinan dan mebel daerah.

Penyelenggaraannya diharapkan dapat lebih sukses dari tahun sebelumnya, di mana dari pencapaian transaksi mampu mencapai US$90 juta.

“Sedangkan di tahun ini, ditargetkan dapat meningkat sepuluh persen atau mencapai US$100 juta. Target ini tentunya sangat potensial, mengingat pameran ini didukung dengan produk-produk kerajinan yang unik dan kreatif sesuai dengan tema Jiffina yang diusung tahun ini,” papar Sultan.

Sementara itu, Ketua Forum Jiffina Jawa Bali, Timbul Rahajo menambahkan penyelenggaraan Jiffina memiliki potensi sebagai pameran terbesar di Asia Tenggara di tahun-tahun mendatang. Pasalnya, Jogja sebagai kota diselenggarakan event bergengsi ini berada di lokasi yang strategis antara Jawa Tengah dan Jawa Timur.

“Kedua wilayah ini merupakan basis dari produksi kerajinan dan mebel Indonesia. Sehingga pameran-pameran bertaraf internasional yang diselenggarakan di Jogja, bisa memberikan dampak besar bagi wilayahnya dan sekitarnya,” papar Timbul.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya