Jogja
Minggu, 9 Desember 2012 - 11:38 WIB

FIFA Jatuhkan Sanksi, PSIM Cemaskan Pembinaan Pemain Muda

Redaksi Solopos.com  /  Sumadiyono  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Ilustrasi (fifa.com)

Ilustrasi (fifa.com)

JOGJA—Sebagai salah satu voter KLB Solo, PSIM semakin cemas dengan ultimatum FIFA yang bakal memasukkan kasus kongres PSSI Palangkaraya 10 Desember mendatang dalam agenda pembahasan.

Advertisement

Diakui oleh salah satu manajemen yang mewakili PSIM dalam kongres Ancol KPSI yang rencananya digelar 8-9 Desember ini, Jarot Sri Kastowo, sanksi yang dijatuhkan oleh FIFA nantinya tentu akan menjadi bencana besar bagi pesepakbolaan di Indonesia. Adapun sanksi yang dimaksudkan adalah banned terhadap segala bentuk pesepakbolaan di Indonesia.

“Jelas ini sangat merugikan, terutama di daerah. Masalahnya, kan banyak juga yang mencari penghidupan di sepak bola. Tak terkecuali PSIM,” ucapnya.

Dengan sanksi tersebut, kata dia, bisa dipastikan PSIM akan mengalami banyak kerugian. Salah satunya yang paling krusial adalah matinya pembinaan pemain sepak bola di daerah.

Advertisement

Padahal, tak bisa dipungkiri, stok pemain PSIM memang banyak didapatkan dari pembinaan lokal yang dilakukan pada tahapan Pengcab PSSI Kota Jogja. “Kalau di-banned, praktis sepak bola di Indonesia tak diakui FIFA,” ujarnya.

Oleh karena itulah a berharap segera ada penyelesaian yang diambil oleh Kemenpora terkait tuntutan dari para voter KLB Solo. Dalam tuntutannya, PSIM dan 80 voter lainnya memang sepakat menuntut Menpora untuk membatalkan dan menganggap tidak sah kongres yang diselenggarakan oleh PSSI di Palangkaraya tersebut.
Selain itu juga mengijinkan dan mengesahkan kongres yang digelar di Jakarta oleh KPSI. “Itulah, ketika bicara sanksi FIFA, jangan bicara soal PSIM lagi,” tegasnya.

Terpisah, Ketua Pengcab PSSI Kota Jogja Tri Agus Heryono pun tak bisa menyembunyikan kekhawatirannya jika FIFA menjatuhkan sanksi. “Kalau FIFA menjatuhkan sanksi, terus bagaimana dengan sepak bola kita,” ujarnya.

Advertisement

Padahal, menurut pria yang sehari-harinya bekerja sebagai notaris tersebut mengakui, kompetisi profesional merupakan muara sekaligus motivator dari pembinaan sepak bola di Indonesia.

Karena itulah, jika kompetisi tidak digelar dan sepak bola Indonesia tidak diakui FIFA, maka, ia pun menkhawatirkan masa depan sepak bola negeri ini. “Tentu saja, pemain muda akan nganggur, meski sebenarnya mereka tetap bisa main sepak bola, mungkin bisa dalam bentuk turnamen, tapi ya itu tadi, tidak diakui oleh FIFA. Jadi percuma saja,” tegasnya.

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif