SOLOPOS.COM - Kepala Dinas Kebudayaan DIY Umar Priyono saat tumpengan syukuran jelang pelaksanaan FKY 28 di Taman Kuliner Sleman, Senin (15/8/2016). (Abdul Hamid Razak/JIBI/Harian Jogja)

FKY 2016, kuliner menjadi incaran pengunjung

Harianjogja.com, SLEMAN — Gelaran Festival Kesenian Yogyakarta (FKY) ke-28 yang diadakan di Taman Kuliner Condongcatur, Pasar Ngasem, dan Taman Parkir Abu bakar ali membawa rezeki melimpah bagi pedagang makanan tradisional.

Promosi Vonis Bebas Haris-Fatia di Tengah Kebebasan Sipil dan Budaya Politik yang Buruk

Salah satu pedagang Gatot dan Tiwul, Tutik mengatakan dagangannya laris diserbu pembeli baik dari kalangan remaja dan orang tua. Kudapan berbahan dasar ketela tersebut saat ini memang sudah jarang ditemukan kecuali di pasar tradisional.

“Ada yang belum tau sebelumnya gatot dan Tiwul, yang sudah pernah makan karena sudah jarang kemudian juga banyak yang beli,” ujarnya, Minggu (4/9/2016).

Dikatakannya memang selama beberapa hari berdagang di FKY ia mendapat keuntungan lebih dibanding ia berjualan sehari-hari. Kata pedagang yang biasanya berjualan di Pasar Condongcatur tersebut setiap hari ada kenaikan penjualan dan omset selama event FKY.

“Ya alhamdulilah untungnya lebih banyak, antara Rp250.000 sampai Rp400.000 perhari,” kata dia.

Namun demikian, ia mengatakan lebih merasa senang karena bisa mengenalkan dan menyuguhkan kembali makanan tradisional ditengah-tengah banyaknya makanan modern. Kata Tutik, banyak pembeli yang senang karena bisa menyantap hidangan khas Daerah Gunung Kidul tersebut justru membuat dirinya lebih bahagia saat berdagang.

Selain itu dalam event yang digelar tahunan di yogyakarta ini banyak juga makanan-makanan yang sudah jarang kita temui seperti lopis, kipo, kolak apem, sate gajih, telur gulung, jenang gempol, dan lain-lain.

Pedagang Sate gajih, Temu Asih mengatakan dirinya sudah ketiga kalinya berjualan di gelaran FKY. Memang ada suka dukanya, namun kata dia itu semua dapat terbayarkan setelah pengunjung baik dari dalam dan luar kota puas dengan menikmati pagelaran ataupun puas menikmati makanan yang dijajakan oleh para pedagang.

“Kalau pedagang makanan tradisional itu selain mereka mencari rezeki tapi juga secara tidak langsung juga menjaga tradisi supaya makanan khas jogja tidak punah termakan zaman. Sementara kalau ada pembeli yang senang bisa bernostalgia dengan jajanan lawas itu bagi kita pedagang juga kepuasan tersendiri,” ujarnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya