SOLOPOS.COM - Mahasiswa gabungan dari BEM sejumlah kampus di DIY - Jawa Tengah menggelar orasi di kawasan Tugu, Kamis (12/1/2017). Unjuk rasa ini merupakan bagian dari Aksi Bela Rakyat 121 yang serentak dilakukan di 19 kota di Indonesia. (Arief Wahyudi/JIBI/Harian Jogja)

Gabungan BEM dari berbagai daerah menggelar demonstrasi di Jogja

Harianjogja.com, JOGJA – Gabungan Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) dari sejumlah kampus menggelar aksi unjuk rasa di kawasan Tugu, Kamis (12/1/2017). Unjuk rasa berlabel Aksi Belas Rakyat (ABR) 121 itu diikuti BEM dari UNY, UNS Solo, Amikom dan Unmuh Ponorogo.

Promosi Yos Sudarso Gugur di Laut Aru, Misi Gagal yang Memicu Ketegangan AU dan AL

Unjuk rasa ini sekaligus bagian dari Aksi Bela Rakyat 121 yang serentak dilakukan di 19 kota di seluruh Indonesia.

Dalam orasinya para mahasiswa menyebut pemerintahan Jokowi-Jusuf kalla memberikan kado yang menyengsarakan rakyat di awal 2017 ini. Mereka menganggap apa yang telah dilakukan pemerintah Jokowi-JK sudah mengingkari visi dan misi sewaktu kampanye pemilihan presiden, 2014 lalu.

“Jargon saat kampanye dulu Jokowi-JK adalah kita. Terus kita siapa, mengapa kebijakannya semakin tidak menguntungkan buat rakyat,” papar Koordinator Lapangan Eko Susanto di sela berlangsungnya aksi, Kamis siang.

Dalam orasinya Eko juga memaparkan, tahun baru sekaligus harga baru bagi masyarakat Indonesia. Itu karena pemerintah Jokowi-JK lagi-lagi membuat resah dengan memberlakukan PP Nomor 60 Tahun tentang Jenis dan Tarif PNPB.

Dalam peraturan baru tersenut terdapat kenaikan tarif pengurusan admistrasi, antara lain pengesahan STNK, penerbitan nomor registrasi kendaraan bermotor. Besaran kenaikan mencapai tiga kali lipat dianggap sangat membebani rakyat.

“Rakyat kecil ditindas lagi, kembali bersusah payah untuk menghidupi pendapatan negara. Padahal untuk menghidupi keluarga saja mereka sudah sangat miris,” paparnya dalam orasi.

Kedua, Eko, menyoroti kenaikan tarif listrik bagi pelanggan 9000 VA. Apalagi kenaikan akan dilakukan setiap dua bulan sekali. Dimulai 1 Januari lalu, kemudian berlanjut 1 Maret dan selebihnya 1 Mei mendatang.

Ketiga, para mahasiswa juga menyesalkan kebijakan pemerintah menetapkan harga dasar baru BBM jenis umum non subsidi per 5 Januari lalu.

“Beban-beban baru yang harus ditanggung masyarakat ini jelas sangat mencekik rakyat. Untuk meningkatkan pendapatan negara tentu bila pemerintah bijak bisa mengoptimalkan sektor lainnya yang tanpa harus membebani rakyat,” papar Eko.

Selebihnya para mahasiswa ini memiliki alasan khusus memilih label Aksi Bela Rakyat 121. Label itu menyadur Aksi Bela Islam 411 dan 212, namun beda konteks.

“Karena namanya lagi ngetrend saja dan kami ikut memanfaatkan momen ini agar apa yang kammi sampaikan ini bisa merangsang masyarakat untuk mengikutinya,” Imbuhnya.

Orasi di kawasan Tugu itu pun berlangsung sekitar satu jam. Di situ selain berorasi, para mahasiswa juga menyanyikan lagu Darah Juang sebagai simbol penderitaan rakyat.

Selepas melakukan orasi di Tugu, selanjutnya para mahasiswa bergerak ke kantor DPRD DIY. Aksi diakhiri di Titi Nol Kilometer.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya