SOLOPOS.COM - Ilustrasi pencarian korban tenggelam (JIBI/Solopos/Burhan Aris Nugraha)

BANTUL — Dengan pantai sepanjang 13,7 kilometer yang membentang dari Kecamatan Srandakan hingga Kretek, Kabupaten Bantul hanya memiliki 80 personel Search and Rescue (SAR). Sebanyak 56 personel di antaranya disiagakan di sepanjang Pantai Parangtritis hingga Pantai Depok, Kretek.   Sedangkan 24 personel sisanya disiagakan di dua wilayah, yakni di Pantai Pandansimo, Kecamatan Srandakan dan Pantai Samas, Kecamatan Sanden.

 

Promosi Alarm Bahaya Partai Hijau di Pemilu 2024

Sementara, luas wilayah pengamanan personel SAR Pandansimo juga mencakup obyek wisata Pantai Baru dan Kuwaru.   Menurut Komandan SAR Parangtritis, Ali Sutanto Joko Saputro, jumlah personel SAR di Bantul sangat tidak sebanding dengan besarnya tanggungjawab mengawal keamanan puluhan ribu wisatawan, terutama saat musim libur.

 

“Pada malam pergantian tahun baru 2013, wisatawan di Pantai Parangtritis bisa mencapai 15.000 orang,” kata Ali, Kamis (3/1/2013). Sedangkan personel SAR Parangtritis hanya 56 orang. Belasan personel di antaranya disiagakan di Pantai Depok yang jaraknya sekitar lima kilometer.

 

Beruntung pada setiap perayaan malam pergantian tahun SAR Parangtritis mendapat bantuan personel tambahan dari Polair Polda DIY dan BASARNAS Yogyakarta. Meski demikian, Ali menambahkan, standar tiap regu SAR Parangtritis (total ada empat regu) terdiri dari 20 personel.

 

“Jadi, kami masih kekurangan 24 personel tambahan. Kalau ada perekrutan baru, tentu kami akan mengutamakan warga Dusun Mancingan yang sudah hapal dengan karakter Pantai Parangtritis,” ujar Ali. Selain kekurangan personel, SAR Parangtritis juga masih terkendala minimnya fasilitas.

 

Hingga kini, SAR Parangtritis hanya memiliki dua perahu jungkung dan satu perahu karet bantuan dari Bakeslinmas Provinsi DIY. Namun, satu perahu jungkung yang dapat menampung tujuh awak itu sudah rusak. Tinggal satu perahu yang dapat dioperasikan untuk pencarian korban kecelakaan laut.   Sementara perahu karet yang ada selama ini tidak dapat difungsikan karena desainnya untuk perairan sungai.

 

“Kalau dipaksakan, perahu itu bakal terhempas gelombang. Sebab, tidak dilengkapi fiber pemecah gelombang. Kini, kami masih meminjam satu perahu karet milik Polair,” ungkap Ali.   Adapun untuk pelampung, masing-masing personel telah disediakan satu unit. Namun, sebagian personel SAR Parangtritis terpaksa merogoh kocek pribadi sekitar Rp40.000 untuk merombak pelampung bantuan itu agar lebih nyaman dan aman saat digunakan.

 

“Kami ini bukan tenaga honorer, tetapi relawan,” tandas Ketua Regu III SAR Parangtritis, Yulianto saat disinggung mengenai berapa pendapatannya tiap bulan. Setelah terus didesak, ayah satu anak itu bersedia membocorkan honor yang diterimanya selama mengabdi sebagai personel SAR.   Gaji mereka Rp600.000 dari Pemkab Bantul tiap bulan dan Rp350.000 dari Bakeslinmas Provinsi DIY yang diserahkan sekaligus tiap tiga bulan sekali.

 

Alhasil, untuk mencukupi kebutuhan rumah tangga, warga Dusun Mancingan, Parangtritis itu juga menekuni usaha warung makan yang dikelola istrinya.   Yulianto menerangkan, seluruh personel SAR mendapat pelatihan rutin tiap tahun dari Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Bantul dan Bakeslinmas Provinsi DIY.

 

“Maka itu, kami punya teknik menyelamatkan korban laka laut. Salah satunya dengan membujuk korban laka laut agar tidak banyak bergerak saat ditarik menepi,” pungkasnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya