SOLOPOS.COM - Foto Ilustrasi Cuaca JIBI/Harian Jogja/Reuters

Foto Ilustrasi Cuaca
JIBI/Harian Jogja/Reuters

JOGJA–Hujan deras yang melanda wilayah DIY dalam beberapa hari terakhir merupakan dampak adanya gangguan cuaca dipole mode negatif. Padahal, seharusnya, sebagian wilayah DIY sudah memasuki awal musim kemarau.

Promosi Sejarah KA: Dibangun Belanda, Dibongkar Jepang, Nyaman di Era Ignasius Jonan

Kepala Seksi Data dan Informasi Badang Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Jogja Tony Agus Wijaya menjelaskan, gangguan cuaca itu tidak hanya dialami wilayah DIY, tetapi juga melanda seluruh bagian Barat Indonesia, seperti Jawa dan Sumatera.
Bahkan, sambungnya, gangguan cuaca yang disebabkan adanya aliran uap air itu cenderung mengalami peningkatan dari Barat wilayah Indonesia.

“Gangguan cuaca itu mulai terlihat sejak tiga hari yang lalu,” jelas Tony saat dihubungi, Kamis (22/5).

Menurutnya, dalam keadaan normal, saat ini seharusnya wilayah DIY sudah masuk musim kemarau. Namun, akibat munculnya gangguan cuaca tersebut, curah hujan yang turun justeru mengalami peningkatan nan lebat.

“Normalnya, saat memasuki awal kemarau, curah hujan yang turun kurang dari 50 mm per hari. Tapi, beberapa hari terakhir, curah hujan di atas 50 mm perhari, bahkan untuk wilayah Gamping Sleman pada Rabu (22/5) sore, dalam catatan kami mencapai 66 mm perhari,” terangnya.

BMKG memperkirakan gannguan cuaca ini masih akan terjadi sampai seminggu yang akan datang. Pihaknya berharap agar masyarakat waspada dengan curah hujan yang lebat terutama saat berkendara di malam hari.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya