Jogja
Kamis, 9 Januari 2014 - 04:20 WIB

GEDHADEDAB: Debat Sandal

Redaksi Solopos.com  /  Sugeng Pranyoto  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Ilustrasi (Adib Muttaqin Asfar/JIBI/Solopos)

Beberapa hari lalu seusai Salat Maghrib di masjid kampung sebelah, Jon Koplo, warga penghuni sebuah kampung di Parakan, Temanggung celingak-celinguk mencari sandal jepit baru dibelinnya. “Lho, sandal anyar kok ya isa ilang ta ya, padahal yo wes ada namannya,” gumamnya.

Sampai di rumah, Koplo wadul sama Lady Cempluk, ibunya. “Ya wis, Pakne. Diikhlaskan saja. Besok beli lagi,” hibur Cempluk.
“Lho, kalau ikhlasnya sih aku ikhlas, Bune. Cuma aku heran sama yang mengambil itu lho. Opo yo ra iso moco kan wes ono tulisane, sandalku kan sandal pesanan yang ada namannya. Rak ya kebangeten ta?” ujar John Koplo.

Advertisement

Koplo pun berniat waktu Salat Isya akan mencari tahu siapa yang membawa sandalnya. Keesokan harinya, “Wah…lha iki sandalku?” ujar Koplo sambil menunggu siapa yang akan mengambilnya. Setelah ditunggu, ndilalah yang memakai sandal Koplo adalah Mbah Behi, yang sudah lansia, “Wah, mbah niki sandalku!” ujar Koplo.

“Bukan le, iki sandalku, nembe wae wingi aku dibelikan anakku dari Bandung. Iki sandal produk Bandung lha wong ket wingi aku pakai ini,” jawab Mbah Behi sambil berdebat. “Lha niki lho mbah, sandalnya ada tulisannya namaku, kok mboten  percoyo,” ungkap Koplo tak kalah ngeyel.
“Emange sandal yang ada tulisane itu cuma punya mu?” balas Mbah Behi. “Mbah iyo mbah itu punyanya Mas Koplo, bukan miliknya simbah!” ujar Tom Gembus.
Merasa keliru dan tidak terima kalah debat, sejak saat itu saat ke masjid Mbah Behi bertingkah aneh, ”Nah…aku sekarang pakai sepatu le….ojo diaku-aku ini punya mu?”  ujar Mbah Behi. Tak urung, beberapa orang yang melihat kelakuan Mbah Behi pada pating cekikik.

Advertisement
Advertisement
Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif