Di kampung Den Baguse sedang ramai digelar acara unjuk kebolehan burung merpati (burung dara). Saat acara berlangsung Den Baguse-yang masih bocah-terus merengek pada Jeng Janeth ibunya agar dibelikan burung seperti yang dilombakan dalam acara itu.
Promosi Strategi Telkom Jaga Jaringan Demi Layanan Telekomunikasi Prima
Namun, anehnya saat diberikan burung dara Den Baguse justru menggeleng-gelengkan kepala. Tentu saja Jeng Janeth bingung. Ia sudah menawarkan berbagai macam warna burung kepada Den Baguse. Karena Den Baguse terus menangis, Jeng Janeth pun membawanya ke pasar burung untuk memilih sendiri.
“Burung ini bagus nak, aduh lucu ya,” kata Jeng Janeth, mencoba merayu sambil menunjukkan burung emprit yang sudah diwarnai bulunya oleh penjual burung. “Bukan” jawab Den Baguse, singkat.
“Yang ini bagus nak. Perkututnya bisa bersuara,” Jeng Janeth kembali menawarkan. Namun lagi-lagi Den Baguse menggeleng-gelengkan kepala. Sudah tak terhitung lagi berbagai macam burung ditawarkan kepada anaknya, tak ada satu burung pun yang disukai Den baguse.
Jeng Janeth pun kebingungan dan merayunya untuk menunjukan sendiri burung yang disukai.
“Bagus pengen burung yang seperti di Laptop kak Behi,” celotehnya. Jeng Janeth kebingungan burung apa yang dimaksud anaknya.
“Ohh mungkin burung angry bird, Bu,” kata Tom Gembus, penjual burung tiba-tiba menyela Jeng Janeth di tengah kebingungan. Mendengar omongan Tom Gembus, Den Baguse pun mengiyakan.
Sontak semua orang yang ada di sekitar toko burung milik Tom Gembus tertawa cekikikan, kemudian menyarankan Jeng Janeth agar pergi ke toko sebelah yang menjual burung mainan angry bird.
Ratna Rusmini
Ambarrukmo