SOLOPOS.COM - Isi Prasasti Geger Sepoy. (kebudayaan.jogjakota.go.id/)

Solopos.com, JOGJA — Lokasi penemuan tengkorak dan tulang manusia di lokasi proyek revitalisasi Benteng Baluwarti Keraton Jogja ternyata dahulunya menjadi tempat perang Geger Sepehi.

Hal ini disampaikan Kepala Dinas Kebudayaan Daerah Istimewa Yogyakarta, Dian Lakshmi, kepada wartawan, Rabu (9/8/2023).

Promosi Ada BDSM di Kasus Pembunuhan Sadis Mahasiswa UMY

“Kemarin sudah turun ya polisi. Karena ini proses ratusan tahun. Perang Geger Sepehinya juga di area situ. Dan dulu ada Gapura Madyasura yang jadi gapuranya tumpukan mayat-mayat waktu Geger Sapehi taun 1800-an itu,” kata dia.

Mengenai Geger Sepehi, menjadi suatu peristiwa penting dalam Keraton Jogja. Peristiwa ini menjadi tinggak lahirnya tata dunia baru di tanah Mataram.

Dikutip dari kebudayaan.jogjakota.go.id, Rabu, Geger Sepehu atau Geger Sepoy merupakan peristiwa penyerbuan pasukan Inggris terhadap Keraton Jogja pada tanggal 19-20 Juni 1812. Peristiwa Geger Sepehi ini berawal ketika pada 1811, Inggris yang dipimpin Letnan Gubernur Thomas Stamford Raffless mulai menancapkan kekuasaannya di Jawa dan menginginkan menguasi Pulau Jawa.

Untuk menguasai Pulau Jawa, Raffles pada tahap awal melakukan langkah untuk mempertahankan dari serangan negara lain, khususnya Perancis dan Belanda. Kemudian dia mengirim residen-residen ke sejumlah wilayah di Jawa, termasuk kerajaan-kerajaan di Jawa.

Namun, langkah Raffles untuk menguasai Jawa itu mendapatkan hambatan dari Raja Keraton Jogja, Sultan Hamengkubuwono II yang bersekutu dengan Sunan Pakubuwono IV. Raffles kemudian mengutus John Crawfurd dan Pangeran Notokusumo untuk melakukan diplomasi dengan Sultan Hamengkubuwono II. Namun, diplomasi ini menemui titik buntu dan berakhir dengan upaya penaklukan Kasulatanan Yogyakarta.

Selanjutnya, Raffles menyiapkan pasukan untuk menggempur dan menundukkan Kasulatanan Yogyakarta. Pada waktu itu, Kasultanan sedang dilanda konflik keluarga yang memperlemah pertahanan Kasultanan. Kondisi ini dimanfaatkan Raffles untuk menyerang Kasulatanan Yogyakarta pada 18-20 Juni 1812. Peristiwa itu kemudian disebut sebagai Geger Sepoy. Penamaan ini karena pada waktu menyerang itu, sebagian besar pasukan Inggris dari Brigade Sepoy. Brigade ini adalah tentara yang direkrut dari warga India yang sudah terlebih dahulu dijajah Inggris.

Peristiwa ini dimulai dengan perencanaan yang sangat matang. Pasukan yang dipimpin Inggris terdiri dari pasukan kerajaan Eropa dan pasukan Sepoy sebanyak 1.200 orang, pasukan Surakarta, Legiun Mangkunegaran sebanyak 800 orang, serta dukungan dari Pangeran Notokusumo dan TanJin Sing.

Pada 18 Juni 1812, artileri Inggris mulai menyulut meriam setelah diplomasi terakhir gagal dan dibalas dengan meriam pasukan Sutabel Keraton.

Selama dua hari, peperangan terjadi di luar Benteng Baluwarti Keraton Jogja dan juga saling tembak meriam dan artileri lainnya. Kemudian pada 20 Juni 1812 dini hari, pasukan Inggris keluar secara diam-diam untuk mendekati regol dan lini belakang pertahanan keraton.

Setelah serangan itu, pertahanan Keraton Jogja akhirnya jebol dan pasukan masuk melalui Plengkung Taranusura, Nirbaya, dan Alun-alun Utara. Pada waktu itu, Sultan Hamengkubuwono II ditangkap beserta para pangeran yang masih tersisa. Keraton Jogja berhasil diduduki dan terjadi penjarahan besar-besaran terhadap harta benda serta kekayaan intelektual yang ada di dalamnya.

Akibat serangan itu membuat perubahan hampir seluruh tatanan lama Kasultanan Yogyakarta. Pelengseran dan pembuangan Sultan HB II ke Penang Malaya dan pengangkatan Sultan baru merupakan bukti yang paling kentara. Suksesi jumenengan yang biasanya dilakukan sesuai adat istiadat keraton berubah menjadi sesuai keinginan Kolonial Inggris dengan pelantikan yang dilakukan di Loji Residen dan menyejajarkan pimpinan kolonial Inggris, Raffles, dan sangat sultan baru.

Geger Sepoy ini sangat berdampak terhadap keberlangsungan pemerintahan di Yogyakarta. Inggris melakukan berbagai kebijakan yang menguntungkannya di Keraton. Setelah berhasil menguasainya dan menangkap Sultan HB II, kebijakan pertama yang dilakukan Inggris adalah mengangkat Adipati Anom Surojo sebagai Sultan HB III. Namun, sultan yang baru ini dipaksa tunduk kepada pemerintahan Gubernurmen Inggris.

Kemudian Inggris mengangkat Pangeran Notokusumo sebagai pemimpin kepangeranan yang merdeka bernama Kadipaten Pakualaman dan dia bergelar Adipati akualaman I. Selanjutnya, Inggris juga mengangkat Adipati Anom Ibnu Jarot sebagai Sultan Hamengkubuwono IV untuk menggantikan ayahnya yang meninggal pada 1814.

Peristiwa Geger Sepoy juga menguras seluruh kekayaan materi maupun keilmuan Keraton Jogja. Seluruh naskah sejarah yang ada di keratin habis dirampas Raffles dan kebanyakan dibawa ke Inggris. Saat ini, naskah tersebut disimpan di British Library. Padahal di dalam naskah tersebut banyak terdapat cerita sejarah panjang masyarakat Jawa yang kental akan berbagai macam bentuk filosofi.

Kontrak politik antara Hamengkubuwono III dengan Residen John Crawfud, salah satunya menyebut bahwa Inggris menerima konsesi wilayah Kedu, Jipang, Japan, Grobogan, dan Pacitan. Hal ini berdampak pada bupati-bupati di wilayah tersebut dipulangkan ke Yogyakarta dan dihanti bupati baru yang setia kepada Inggris.

Setelah menguasai wilayah Kasulatanan Yogyakarta, Inggris menerapkan pajak sewa atas tanah yang digarap penduduk serta menghapus penyerahan lain dan kerja wajib. Bukan hanya itu, di beberapa tempat, Inggris memberi kekuasaan kepada orang Cina untuk mengelola pajak yang justru terjadi penyelewangan dan berdampak pada rakyat semakin sengsara.

Peristiwa ini bukan hanya menjadi sejarah kelam kekalahan Keraton Jogja, tetapi juga menjadi tonggak lahirnya tata dunia baru di tanah Mataram. Atas peristiwa ini, kemudian dibangun Prasasti Geger Sepoy di Kampung Ketelan Wijilan Jokteng Lor Wetan Yogyakarta. Prasasti ini untuk mengenang perjuangan rakyat Jawa Mataram tempo dulu melawan penjajahan Inggris.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya