Jogja
Senin, 20 Juni 2016 - 08:40 WIB

GELOMBANG PANTAI SELATAN : Di Gunungkidul, Masyarakat Tolak Penertiban Gasebo Sebelum Lebaran

Redaksi Solopos.com  /  Sumadiyono  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Sejumlah pekerja terlihat sedang memerbaiki gazebo yang ada di kawasan sempadan Pantai Drini, Senin (13/4/2016). (David Kurniawan/JIBI/Harian Jogja)

Bangunan Gasebo layak dipertahankan salah satunya karena menjadi penunjang wisata.

Harianjogja.com, GUNUNGKIDUL-Keputusan pemerintah untuk menertibkan sejumlah bangunan di sempadan pantai menimbulkan suara tak sepaham dari para pelaku wisata di pesisir Gunungkidul. Menurut mereka bangunan Gasebo layak dipertahankan salah satunya karena menjadi penunjang wisata, terlebih saat menjelang liburan lebaran seperti saat ini.

Advertisement

Salah seorang pelaku wisata di Pantai Slili, Desa Sidoharjo, Tepus, Widiyanto mengatakan kebijakan pemerintah yang berencana akan mengadakan penertiban bangunan di sepanjang pantai yang melanggar aturan pemerintah sebelum lebaran tidak akan berdampak baik pada pengembangan wisata pantai slili. Selama 15 tahun dirinya dan warga setempat berupaya untuk menunjang pariwisata dengan berbagai cara, salah satunya dengan pendirian gasebo untuk memenuhi kebutuhan
pengunjung.

“Kalau tidak ada gasebo kemungkinan akan sepi pengunjung. Soalnya gasebo menjadi salah satu hal yang membuat pengunjung nyaman ketika menikmati pantai,” ungkapnya, Sabtu (19/6/2016).

Ia mengatakan telah menerima permintaan jauh-jauh hari dari wisatawan terkait dengan penyewaan gasebo di pantai Slili. Dengan membayar Rp20.000 pengunjung dapat menyewa gasebo selama 3 jam. Permintaan pengunjung diakuinya meningkat menjelang lebaran kali ini melalui pemesanan via telepon.

Advertisement

Usai gelombang tinggi yang menghempas bangunan gasebo dan warung makan warga, Widiyanto belum dapat berbuat banyak untuk rencana kedepan terkait dengan perbaikan gasebo miliknya. Selain bingung harus berbuat apa, saat ini ia masih sibuk membersihkan dan membenahi penginapannya dengan mengecat ulang serta membersihkan sisa pasir yang terbawa arus air.

Widiyanto berharap dalam waktu dekat ini pemerintah justru harus lebih memperhatikan kondisi pantai untuk menyambut wisatawan saat jelang libur lebaran. Pasca gelombang tinggi pohon-pohon cemara banyak yang tumbang, pasir pantai pun menjadi rawan longsor akibat tidak tersedianya talut penahan abrasi. Hal tersebut menimbulkan sejumlah kekhawatiran bagi warga Slili.

“Sebentar lagi lebaran. Sementara ini seharusnya pemerintah segera menangani permasalahan darurat disini, yakni kawasan rawan longsor. Kalau tidak begitu nanti dipastikan kendaraan tidak dapat lewat karena dikhawatirkan pasir akan longsor,” kata dia.

Advertisement

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif