SOLOPOS.COM - Reruntuhan bangunan rumah makan di pantai Depok, Desa Parangtritis yang rusak paska diterpa abrasi, Selasa (6/6/2017). (Arief Junianto/JIBI/Harian Jogja)

Untuk kesekian kali, abrasi kembali memporak-porandakan kawasan pantai selatan Bantul

 
Harianjogja.com, BANTUL–Untuk kesekian kali, abrasi kembali memporak-porandakan kawasan pantai selatan Bantul. Beberapa pekan yang lalu, empat bangunan rumah makan yang ada di Pantai Depok, Desa Parangtritis, Kretek, kali ini dampak abrasi lebih luas.

Promosi Mudik: Traveling Massal sejak Era Majapahit, Ekonomi & Polusi Meningkat Tajam

Sejumlah bangunan di Pantai Kuwaru, Desa Poncosari, Srandakan pun rusak akibat terjangan gelombang pasang tersebut.

Kejadian itu membuat pihak Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Bantul semakin gencar menginisiasi dilakukannya penataan kawasan pantai selatan. Salah satu konsep penataan itu dilakukan dengan cara merelokasi bangunan, terutama yang berbatasan laut dengan bibir pantai.

Dari total 11 pantai yang ada di sepanjang pesisir Bantul, BPBD Bantul telah memetakan, setidaknya ada tiga pantai yang sangat mendesak dilakukan penataan. Pertimbangannya adalah tingkat kepadatan bangunan serta jaraknya dengan bibir pantai.

“Ketiga pantai itu adalah Samas, Depok, dan Kuwaru. Di sana, ada ratusan bangunan semi permanen berbatasan langsung dengan bibir pantai,” kata Kepala BPBD Bantul Dwi Daryanto saat ditemui di ruangannya, Selasa (6/6/2017).

Jika dilihat dengan paradigma pengurangan resiko bencana, Kepala BPBD Bantul Dwi Daryanto menjelaskan, idealnya sisi selatan Jalur Jalan Lintas Selatan sejak dari Srandakan hingga Depok seharusnya memang bebas dari bangunan. Itulah sebabnya, pihaknya berharap secara perlahan, bangunan-bangunan yang ada di titik rawan abrasi bisa disiapkan relokasi ke sisi utara JJLS.

“Dengan begitu, setiap tahun kami tidak lagi dihadapkan dengan persoalan seperti ini. Bagaimanapun, hampir tiap tahun 2-3 kali terjadi gelombang tinggi di Bantul,” tegas Dwi.

Sayangnya, kewenangan terhadap segala sesuatu kebijakan terkait kelautan, kini ada di tangan pemerintah provinsi. Itulah sebabnya, wacana penataan itu hanya bisa diinisiasikannya saja. Rencananya, pihak BPBD Bantul akan segera melaporkan rangkuman kejadian abrasi itu kepada Bupati Bantul.

“Kami harap pihak terkait, baik Bupati, Sekretaris Daerah, dan Badan Perencanaan dan Pembangunan Daerah [Bappeda] Bantul untuk menindaklanjuti laporannya itu,” ujarnya.

Selain penyiapan lahan dan segala bentuk regulasinya, konsep bentuk bangunan pun harus disesuaikan dengan potensi bencana yang ada. Di pesisir selatan, menurut Dwi, ada dua potensi bencana. “Selain gelombang tinggi, masih ada gempa bumi berpotensi tsunami. Itulah, bangunan idealnya berbentuk panggung,” paparnya.

Seperti diketahui, sesuai peringatan Badan Meteorologi, Geofisika, dan Klimatologi (BMKG) DIY, kurang lebih sepekan ke depan, laut selatan akan mengalami terjangan angin kencang yang memicu terjadinya gelombang setinggi 2-4 meter. Sejak Senin (5/6/2017), lima bangunan rumah makan yang ada di Pantai Kuwaru rusak akibat terjangan gelombang pasang.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya